TERSULUT serangan Islamic State (IS) di Paris, beberapa waktu lalu, Prancis untuk pertama kalinya membombardir lokasi kelompok militan itu di Suriah, Senin (23/11). Dalam serangan itu, Prancis mengerahkan jet dari kapal induk Charles de Gaulle yang baru tiba di Laut Mediterania Timur beberapa jam setelah mengumumkan serangan pertama mereka di Irak. "Dua pesawat Mirage 2000 terlibat dalam misi ini. Secara bersamaan, empat Rafale Marinir dari kapal induk bergabung ke Suriah," kata kementerian pertahanan Prancis.
Pihak kementerian menambahkan, pesawat jet tersebut menargetkan lokasi sebelah utara Kota Raqqa, yang secara de facto merupakan ibu kota IS di Suriah. Ada sekitar 26 pesawat jet yang dikerahkan dalam serangan itu. Charles de Gaulle sendiri ditenagai dua reaktor nuklir yang dibuat selama 13 tahun dengan biaya US$3,5 miliar. Kapal induk itu memiliki panjang landasan 195 meter. Kapal induk Prancis dengan berat 38 ribu ton itu juga digunakan dalam misi serangan ke Irak baru-baru ini. Namun, serangan ke Suriah itu baru pertama kali dilancarkan sejak kapal induk itu dipindahkan ke Mediterania Timur pada bulan ini.
Serangan udara ke Suriah terjadi pukul 08.30 waktu setempat. Pihak kementerian mengonfirmasi bahwa serangan menghancurkan lokasi aktif yang diokupasi IS di Raqqa. Serangan udara tersebut diklaim menghancurkan seluruh target termasuk pusat komando, pembuangan kendaraan, dan fasilitas perawatan. Serangan udara itu dilakukan 10 hari pascaserangan IS di Paris yang menewaskan hampir 130 orang. Sejak saat itu, Prancis memperkuat perlawanannya terhadap terorisme.