Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
REKAMAN audio yang bocor mengungkap pernyataan mantan Kepala Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Aharon Haliva, yang menyebut kematian puluhan ribu warga Palestina di Gaza sebagai sesuatu yang “diperlukan untuk generasi mendatang.”
“Untuk setiap orang yang tewas pada 7 Oktober, 50 warga Palestina harus mati. Tidak penting apakah mereka anak-anak,” kata Haliva dalam rekaman yang dipublikasikan Channel 12 Israel, Jumat (16/8).
Ia juga menambahkan, “Fakta bahwa sudah ada 50.000 korban jiwa di Gaza adalah hal yang diperlukan. Sesekali mereka perlu mengalami Nakba untuk merasakan harganya.” Nakba atau “bencana” dalam bahasa Arab merujuk pada peristiwa 1948 ketika sekitar 700.000 warga Palestina terusir dari rumah mereka saat berdirinya Israel.
Belum jelas kapan rekaman itu dibuat. Namun, jumlah korban di Gaza memang telah melampaui 50.000 jiwa sejak Maret lalu.
Haliva memimpin intelijen militer Israel ketika serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 lainnya. Ia mundur dari jabatannya pada April 2024 dengan alasan tanggung jawab kepemimpinan, menjadikannya pejabat tinggi pertama di militer Israel yang mengambil langkah tersebut.
Dalam pernyataannya kepada Channel 12, Haliva menyesalkan kebocoran itu dan menyebut rekaman tersebut hanya “fragmen parsial” yang tidak mencerminkan gambaran utuh. Ia juga menekankan banyak isu yang dibicarakan bersifat sangat rahasia.
Hamas mengecam keras pernyataan Haliva, menyebut rekaman itu sebagai bukti bahwa “kejahatan terhadap rakyat Palestina merupakan kebijakan resmi yang diputuskan di level tertinggi kepemimpinan politik dan keamanan Israel.”
Kontroversi ini muncul di tengah meningkatnya kritik internasional terhadap operasi Israel di Gaza. Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, pekan lalu menyebut Benjamin Netanyahu sudah “kehilangan arah” dan rencana pendudukan Gaza City sebagai hal yang “sama sekali tidak dapat diterima.” Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, bahkan menilai Netanyahu kini “menjadi masalah itu sendiri.”
Sementara itu, laporan Komite Khusus PBB pada November lalu menyimpulkan tindakan Israel di Gaza “konsisten dengan karakteristik genosida.” Dua kelompok hak asasi manusia Israel juga melontarkan tuduhan serupa bulan lalu. Namun, militer Israel membantah keras dan menegaskan pihaknya bertindak sesuai hukum internasional. (CNN/Z-2)
SERANGAN mendadak Israel terhadap Iran selama 12 hari pada Juni lalu tak hanya mengejutkan dunia internasional tetapi juga membuka tabir kerentanan serius dalam sistem keamanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved