Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PARA peneliti internasional baru-baru ini berhasil menemukan fosil ikan purba Norselaspis yang terawetkan dengan detail luar biasa dari fragmen seukuran kuku.
Fosil ini memungkinkan tim peneliti merekonstruksi jantung, otak, dan sirip ikan yang telah punah menggunakan teknik pencitraan canggih, termasuk mikrotomografi sinar-X berbasis sinkrotron.
Hasil rekonstruksi 3D, menunjukkan tulang tipis yang membungkus organ dan otot dengan presisi yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Kepala Peneliti sekaligus paleobiologist, Tetsuto Miyashita menyebut jika penemuan ikan ini bisa membuka peneletian-penelitian tentang ikan ke depannya. “Dengan atlas digital yang luar biasa ini, kini kita dapat mempelajari Norselaspis dengan tingkat detail anatomi yang bahkan melebihi banyak ikan hidup,” ujar Tetsuto Miyashita.
Norselaspis hidup sekitar 410-407 juta tahun lalu, jauh sebelum munculnya ikan bersirip rahang yang mendominasi lautan sekitar 400 juta tahun lalu.
Para ilmuwan menemukan fosil ini di kepulauan Spitsbergen, Norwegia, pada ekspedisi tahun 1969. Baru baru 40 tahun kemudian bisa mendedikasikan waktu untuk memilah ribuan batu pasir berisi fosil. Penemuan ini menjadi potongan penting untuk memahami evolusi awal ikan dan vertebrata.
Meski tanpa rahang, Norselaspis memiliki fitur anatomi yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki ikan bersirip rahang. Ikan ini sudah memiliki jantung sangat kuat dan pembuluh darah yang melebar untuk aliran darah lebih besar.
Organ inderanya juga menakjubkan, tujuh otot mengendalikan bola mata, satu lebih banyak dibanding manusia, serta telinga dalam yang sangat besar, jika disesuaikan dengan skala manusia, telinganya sebesar alpukat dan jantung sebesar melon.
Jantung berukuran besar dan sistem sirkulasi yang dimilikinya memberikan tenaga tambahan untuk berenang. Sementara itu, telinga bagian dalam berperan dalam mendeteksi getaran, menentukan orientasi, dan merasakan percepatan.
“Bisa dikatakan Norselaspis memiliki jantung seperti hiu di bawah kulit lamprey,” jelas Miyashita.
Ikan ini juga memiliki sirip berbentuk dayung di belakang insangnya. Sirip ini memungkinkan ia berbelok cepat, berhenti, dan berenang lebih kencang.
Kemampuan ini kemungkinan digunakan guna menghindari predator, bukan menangkap mangsa, karena ikan ini belum memiliki rahang atau gigi. Interaksi antarspesies inilah yang mendorong ledakan keragaman kehidupan laut pada masa itu.
Saraf Norselaspis yang menuju bahu terpisah dari saraf yang menuju insang. Ini berbeda dengan ikan purba tanpa rahang lainnya, di mana tubuh bagian atas (torso) biasanya menyatu langsung dengan kepala.
Temuan ini menunjukkan bahwa bahu pada tetrapoda (misalnya manusia, katak, atau dinosaurus) berkembang sebagai struktur baru yang terhubung ke leher dan membantu memisahkan kepala dari tubuh.
Dengan anatomi ini, Norselaspis berada di antara ikan tanpa rahang dan ikan bersirip rahang, sehingga para peneliti membandingkannya dengan manusia yang lengannya seolah muncul dari dekat pipi.
“Evolusi tidak sesederhana berjalan dari pemakan dasar laut menuju predator puncak,” kata Miyashita.
Penemuan ini memperlihatkan bahwa perjalanan evolusi vertebrata tidak mengikuti satu jalur tunggal, melainkan kompleks dan penuh inovasi anatomi.(Popsci.com/Biological Sciences Division/Z-2)
Rekonstruksi fosil Norselaspis menunjukkan organ dan anatomi unik yang bisa mengubah pandangan kita tentang evolusi vertebrata.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved