Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
TIM peneliti internasional berhasil merekonstruksi jantung, otak, dan sirip dari fosil ikan purba yang berukuran sekecil kuku jari. Ikan yang dinamakan Norselaspis ini menunjukkan struktur yang aneh, menyerupai kecebong, kepiting tapal, dan siput.
Meskipun tampak aneh, penemuan ini berpotensi merombak pemikiran kita mengenai evolusi makhluk hidup. Penelitian yang diterbitkan dalam Nature ini mengindikasikan proses evolusi vertebrata tidaklah sesederhana yang selama ini kita duga.
Sejauh ini, penggambaran yang umum tentang teori evolusi mengisyaratkan ikan kuno berevolusi di dasar lautan, kemudian muncul ke permukaan setelah memperoleh rahang dan gigi. Sekitar 400 juta tahun lalu, ikan berahang mengambil alih lautan, yang kemudian bermutasi menjadi vertebrata bertungkai, makhluk di darat, dan pada akhirnya manusia. Namun, teori ini lemah karena kurangnya bukti fosil.
"Terdapat kekurangan informasi yang signifikan di balik perubahan ini," ungkap ahli biologi dari UChicago, Michael Coates. "Kita kehilangan bagian dari catatan fosil yang dapat membantu kita menyusun urutan kejadian penting untuk merekonstruksi pola dan arah evolusi. "
Pada 1969, satu misi di kepulauan Spitsbergen, Norwegia, berhasil menemukan ribuan fosil batuan. Akan tetapi, baru 40 tahun kemudian para peneliti memiliki kesempatan untuk mempelajarinya. Di antara fosil yang hilir- mudik, mereka menemukan tengkorak Norselaspis yang terawetkan dengan sempurna berukuran setengah inci, diperkirakan berusia sekitar 407–410 juta tahun.
Tim peneliti memindai fosil Norselaspis menggunakan mikrotomografi sinar-X canggih di Swiss, dan hasilnya sangat mengejutkan. Setelah ribuan jam mengerjakan rekonstruksi digital, mereka menemukan organ-organ yang terawetkan dengan detail luar biasa.
"Dengan peta digital yang luar biasa ini, kita kini memiliki pengetahuan mengenai Norselaspis yang jauh lebih detail dibanding banyak ikan yang masih ada," kata Tetsuto Miyashita, ahli paleobiologi dan penulis utama penelitian.
Walaupun tidak memiliki rahang, Norselaspis mempunyai jantung yang kuat serta pembuluh darah yang mengembang, yang sebelumnya hanya ditemukan pada ikan yang memiliki rahang. Miyashita mengibaratkan dengan "jantung hiu yang terletak di bawah kulit ikan lamprey. "
Organ sensorik Norselaspis juga sangat menakjubkan. Mata ikan ini dioperasikan oleh tujuh otot, lebih banyak satu dibandingkan manusia. Telinga bagian dalamnya juga tergolong besar. Miyashita menambahkan, "Jika Norselaspis memiliki ukuran seperti kami, setiap telinga bagian dalamnya akan sebesar alpukat, sedangkan jantungnya seukuran melon. "
Selain itu, Norselaspis dilengkapi sirip yang mirip dayung di belakang insangnya yang membantunya bergerak dengan cepat. Para peneliti berpendapat bahwa anatomi ini digunakan untuk menghindari pemangsa, bukan untuk berburu.
Penemuan Norselaspis juga menguji batasan pemahaman kita mengenai evolusi bahu. Peneliti mencatat bahwa saraf yang terhubung ke bahu ikan ini berbeda dari saraf yang menuju insangnya.
Kini, mereka berhipotesis bahwa bahu pada tetrapoda (vertebrata berkaki empat) mengalami evolusi menjadi struktur baru. Struktur ini berfungsi untuk memisahkan kepala dari tubuh. Norselaspis berada di antara kedua jenis anatomis ini, dan peneliti memerikanannya serupa dengan manusia yang memiliki lengan yang terentang dari belakang pipi.
Meskipun belum jelas apa yang memicu pembentukan rahang, Norselaspis menunjukkan bahwa sejarah evolusi vertebrata tidak mengikuti jalur tunggal. "Prosesnya tidak sekadar bergerak dari pemangsa bawah ke pemangsa puncak," kata Miyashita. (Popular Sciences/Z-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved