Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan agar Indonesia memberikan bantuan pengobatan bagi sekitar 2.000 warga Gaza yang menjadi korban konflik berkepanjangan di Palestina. Layanan medis ini direncanakan berlangsung di Pulau Galang, Kepulauan Riau.
Menanggapi rencana tersebut, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Faris Al-Fadhat menilai langkah tersebut sebagai inisiatif kemanusiaan yang patut diapresiasi.
"Kita perlu mengapresiasi, karena di tengah situasi krisis Gaza yang setiap hari sangat mengkhawatirkan, apa yang bisa kita lakukan, seminimal mungkin itu harus kita lakukan," katanya dihubungi Media Indonesia, Kamis (7/8).
Menurutnya, langkah Presiden Prabowo mencerminkan komitmen Indonesia dalam dua hal penting, merelokasi sementara korban konflik dan memberikan pengobatan. Dia menekankan bahwa aksi ini adalah bentuk kepedulian kemanusiaan, bukan pemindahan permanen warga Palestina ke Indonesia.
"Ini kita langsung mengambil peran untuk membantu begitu banyak korban. Namun perlu disampaikan bahwa apa yang kita lakukan sejatinya adalah upaya untuk membantu proses pemulihan para korban, bukan untuk memindahkan warga Palestina ke Indonesia,” tambah Prof Faris.
Dia juga menekankan pentingnya Indonesia tetap teguh dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
"Kita harus tetap fokus pada itu. Jadi ketika kita mengobati para korban, tidak lantas menghilangkan peran kita untuk mendorong kemerdekaan rakyat Palestina untuk menjadi sebuah negara," lanjutnya.
Dalam pernyataan lainnya, Presiden Prabowo juga menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirim pasukan perdamaian ke Gaza, jika tercapai gencatan senjata antara pihak-pihak yang berkonflik.
Prof. Faris mendukung wacana tersebut, seraya mengingatkan bahwa keterlibatan Indonesia harus dilakukan dalam kerangka kerja internasional.
"Untuk mengirimkan pasukan perdamaian, saya kira ini juga tetap harus kita dukung dengan kuat. Tapi kita tetap perlu berkoordinasi dengan PBB,” tegasnya.
Dia menyebut bahwa Indonesia sudah memiliki rekam jejak panjang dalam mengirim pasukan perdamaian ke berbagai konflik dunia. Namun, untuk konteks Gaza, Prof Faris mengingatkan pentingnya keterlibatan organisasi internasional lainnya.
"Indonesia perlu mengait PBB, Indonesia perlu mengait Liga-Liga Arab, perlu juga mengait negara-negara yang lain. Karena kalau Indonesia bertindak sendiri, maka nanti kita khawatir akan ikut dalam pusaran konflik secara langsung," pungkasnya
Langkah Indonesia ini mencerminkan kombinasi antara komitmen kemanusiaan dan dukungan diplomatik terhadap solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengadakan pertemuan di Gedung Putih, kali ini membahas rencana pemindahan warga Palestina.
Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan agar Indonesia memberikan bantuan pengobatan kepada sekitar 2.000 warga Gaza korban perang.
ARAHAN Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan kesiapan Indonesia membantu pengobatan bagi sekitar 2 ribu warga Gaza dengan membuat lokasi medis di Pulau Galang menuai sorotan.
Belum ada kesepakatan atau persetujuan dari organisasi internasional yang berwenang seperti PBB terkait usulan tersebut.
Sistem distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat ini lebih melayani kepentingan militer dan politik dibandingkan kebutuhan rakyat sipil.
Dr. Hossam Abu Safiya, seorang dokter Palestina yang dilaporkan mengalami kondisi kritis di dalam tahanan Israel setelah diduga menerima siksaan parah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved