Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Bantuan Udara Masuk Gaza di Tengah Derita Kelaparan Massal

Dhika Kusuma Winata
28/7/2025 15:33
Bantuan Udara Masuk Gaza di Tengah Derita Kelaparan Massal
Bantuan makanan masuk Gaza(AFP)

PESAWAT militer Yordania dan Uni Emirat Arab menjatuhkan bantuan makanan ke Gaza pada Minggu (27/7), bertepatan dengan dimulainya jeda terbatas oleh militer Israel di beberapa wilayah. Langkah ini membuka celah bagi lembaga kemanusiaan merespons krisis kelaparan yang kian mengganas, meski skalanya dinilai jauh dari memadai.

Blokade dan Krisis yang Memburuk

Selama lebih dari 21 bulan konflik, situasi kemanusiaan di Gaza merosot drastis, terlebih sejak Israel memberlakukan blokade total terhadap bantuan kemanusiaan dari Maret hingga Mei. Walau belakangan blokade dilonggarkan, volume bantuan yang diizinkan masuk masih belum menyentuh ambang kebutuhan minimum.

PM Israel Benjamin Netanyahu menepis tudingan dan menuduh PBB menyebarkan kebohongan soal blokade. Militer Israel pun membantah menggunakan kelaparan sebagai taktik perang.

Namun, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan sebaliknya: dari 74 kematian akibat kelaparan sepanjang 2025, 63 terjadi hanya pada bulan Juli, termasuk 25 anak-anak. WHO menyebut situasi malnutrisi kini berada di tingkat yang “mengkhawatirkan”.

Koordinator darurat PBB, Tom Fletcher, menyambut jeda taktis ini dan menegaskan tekad untuk menjangkau sebanyak mungkin warga kelaparan dalam jendela waktu terbatas. Program Pangan Dunia (WFP) menyebut sepertiga warga Gaza kini hidup berhari-hari tanpa makanan, dengan 470.000 orang dalam kondisi nyaris kelaparan massal.

Namun, kekacauan terjadi di lapangan. Di Tel el-Hawa, Gaza City, warga berebut bantuan.

“Rasanya seperti sedang perang. Semua orang berebut apa pun yang bisa diambil. Rasa lapar itu kejam,” ujar Samih Humeid (23), warga Al-Karama.

“Saya hanya dapat tiga kaleng kacang fava. Itu pun tak cukup.”

Israel menetapkan jeda harian dari pukul 10.00 hingga 20.00 di area yang tidak menjadi zona operasi militer: Al-Mawasi, Deir al-Balah, dan Gaza City. Namun, tekanan internasional terus meningkat. Kanselir Jerman Friedrich Merz mendesak Netanyahu segera membuka akses bantuan.

Netanyahu bersikukuh menyalahkan PBB dan menyatakan "selalu ada jalur aman" bagi bantuan. Sejak Maret, Israel menghentikan bantuan, lalu mengganti peran PBB dan NGO besar dengan yayasan swasta yang didukung AS, kebijakan yang ditolak komunitas kemanusiaan karena dianggap memperkuat dominasi militer.

Langkah Terbatas, Solusi Masih Jauh

Yordania mengonfirmasi tiga kali misi penurunan bantuan bersama UEA, total 25 ton makanan dijatuhkan. Israel juga mengklaim telah menjatuhkan tujuh palet. Beberapa truk dari Zikim dan Mesir terlihat melintasi perbatasan menuju Gaza.

Namun, bagi Bushra Khalidi dari Oxfam, ini belum cukup.

“Kelaparan tak bisa diatasi dengan beberapa truk atau bantuan udara. Kita butuh gencatan senjata permanen, akses penuh, dan pencabutan pengepungan total," tandas dia. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya