Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Calon Dubes AS untuk Singapura Kena Rujak Warganet dan Senator Tammy Duckworth, Siapa Dia?

Haufan Hasyim Salengke
10/7/2025 18:33

SAAT Amerika Serikat memutuskan pilihan duta besarnya untuk Singapura, seorang senator menarik perhatian. Ia melontarkan pertanyaan dan pernyataan menohok yang membuat Dr Anjani Sinha, calon duta besar pilihan Presiden Donald Trump untuk ‘Negeri Singa’, kesulitan menjawab.

Tammy Duckworth, senator itu, bertanya kepada Sinha seputar Singapura dalam sidang konfirmasinya pada Rabu (9/7). Duckworth lalu berkesimpulan ia tidak yakin Sinha memenuhi syarat untuk peran dan posisi tersebut. Sinha pun menuai kritik selama sidang konfirmasi Senat.

Sinha dicecar oleh Senator Duckworth mengenai hubungan AS dengan Singapura dan peran negara tersebut di Asia Tenggara.

Duckworth memulai dengan bertanya tentang surplus perdagangan Singapura dengan AS, yang awalnya dijawabnya sebesar U$80 miliar sebelum mengubah jawabannya menjadi US$18 miliar.

Duckworth kemudian memperingatkan bahwa jawaban yang benar adalah US$2,8 miliar (sekitar Rp45 triliun).

Lalu, ketika ditanya bagaimana ia akan meyakinkan warga Singapura tentang keputusan Trump untuk mengenakan tarif 10%--sebuah topik kontroversial di ‘Negeri Singa’--Sinha memberikan berbagai jawaban sebelum mengakhiri dengan pernyataan bahwa dialog belum selesai.

Duckworth juga bertanya kepadanya tentang isu-isu yang penting bagi Singapura, kepemimpinan negara tersebut di blok regional ASEAN, dan keberadaan Angkatan Laut AS di Singapura. Sinha entah tidak tahu jawabannya atau tersendat-sendat dalam menjawab.

Mendapati jawaban-jawaban tersebut, Duckworth ‘naik pitam’. Duckworth dengan blak-blakan mengatakan kepada Sinha ia tidak memenuhi syarat untuk jabatan tersebut, dan perlu berbenah diri dan melakukan beberapa riset. Percakapan tersebut kemudian menjadi viral di Singapura dan menuai komentar kritis di dunia maya.

"Anda tidak menganggap ini serius, Anda pikir ini penujukkan yang glamor, bahwa Anda akan menjalani kehidupan yang menyenangkan di Singapura," ujar Duckworth ketika waktu tanya jawabnya habis. "Anda saat ini belum siap untuk jabatan tersebut, titik, dan Anda perlu memperbaiki diri dan melakukan riset."

Bukan Korban Pertama

Sinha bukanlah calon pejabat presiden Trump pertama yang ‘dirujak’, diinterogasi, dan menjadi ‘korban’ konfirmasi Senator Tammy Duckworth.

Veteran Perang Irak itu juga menyudutkan Menteri Pertahanan Peter Hegseth dalam sidang konfirmasi di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat di Washington, menimbulkan kekhawatiran ketika ia gagal menjawab pertanyaan Duckworth tentang hubungan AS dengan ASEAN.

Kinerja Hegseth, mantan perwira Garda Nasional, menuai kritik setelah ia tampak kesulitan menjawab pertanyaan Duckworth tentang ASEAN dan perjanjian AS dengan para anggotanya.

Ketika diminta menyebutkan berapa banyak negara yang tergabung dalam ASEAN, Hegseth menjawab, "Saya tidak bisa memberi tahu Anda jumlah pastinya, tetapi saya tahu kita punya sekutu di Korea Selatan, di Jepang, dan di AUKUS dengan Australia--Anda sedang mencoba membangun kapal selam dengan mereka."

AUKUS adalah kemitraan pertahanan antara Australia, Inggris, dan AS.

Duckworth kemudian memotong Hegseth pada poin itu. “Tak satu pun dari ketiga negara yang Anda sebutkan tergabung dalam ASEAN. Saya sarankan Anda melakukan sedikit riset sebelum mempersiapkan negosiasi semacam ini."

Siapa Senator Senator Tammy Duckworth?

Lahir di Bangkok dari ayah berkebangsaan AS dan ibu berkebangsaan Thailand, Duckworth tinggal di berbagai negara di Asia seiring ayahnya mencari pekerjaan di kawasan tersebut. Ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Indonesia, tetapi juga tinggal di Singapura, Kamboja, dan Vietnam selama ayahnya bertugas di program pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sebelum menduduki jabatan di Komite Angkatan Bersenjata Senat, Duckworth mulai membangun karier di militer selama masa studinya di Universitas George Washington.

Ia bergabung dengan Korps Pelatihan Perwira Cadangan, sebuah program pelatihan dan pengembangan kepemimpinan yang mempersiapkan mahasiswa untuk peluang di militer. Ia adalah satu-satunya perempuan di kelas pelatihan helikopternya dan lulus sebagai yang terbaik di kelasnya dengan nilai ujian tertinggi, menurut US National Women's History Museum.

Duckworth terus bertugas di Pasukan Cadangan dan ditugaskan selama Perang Irak, menjadi salah satu dari sedikit perempuan pertama yang menerbangkan misi tempur.

Pada 2004, helikopternya terkena granat berpeluncur roket, yang meledak di pangkuannya. Akibatnya, Duckworth kehilangan kedua kakinya dan kehilangan sebagian fungsi lengan kanannya.

Ia dianugerahi Purple Heart, sebuah medali yang diberikan kepada anggota militer AS yang terluka atau tewas akibat tindakan musuh selama bertugas.

Setelah pulih, Duckworth menjadi Direktur Departemen Urusan Veteran Illinois. Ia bertugas di Pasukan Cadangan selama 23 tahun sebelum pensiun dengan pangkat Letnan Kolonel pada 2014.

Menurut biografinya di situs web alumni Universitas George Washington, ia juga memperkenalkan dan mengesahkan Troop Talent Act untuk membantu para veteran yang kembali mencari pekerjaan di sektor swasta, dan berupaya mengurangi pemborosan dan penggelpan di Pentagon dan di seluruh pemerintahan.

RUU Senat pertamanya untuk membantu mendukung lapangan kerja di Illinois dan memangkas birokrasi yang berbelit-belit pada proyek infrastruktur disahkan dalam waktu rekor 64 hari.

Atas prestasinya, Duckworth diakui oleh Center for Effective Lawmaking sebagai salah satu dari lima Senator Demokrat paling efektif secara keseluruhan dan paling efektif kedua dalam isu-isu pertahanan di Kongres ke-117.

Duckworth sempat digadang-gadang sebagai bakal wakil calon presiden Joe Biden dalam Pemilu AS. Namun Kamala Harris terpilih sebagai gantinya. Biden menominasikan Duckworth sebagai wakil ketua Komite Nasional Demokrat, bersama dengan Gretchen Whitmer, Keisha Lance Bottoms, dan Filemon Vela

Siapa Dr Anjani Sinha?

Pencalonan Sinha sebagai duta besar pertama kali diumumkan oleh Donald Trump pada Maret. Ketika itu, Trump memujinya sebagai pengusaha yang sangat dihormati.

"Saya yakin Anji akan dengan teguh mewakili kepentingan bangsa kita, dan memprioritaskan America First. Selamat, Anji!" ujar Trump dalam unggahan Truth Social, menggunakan nama panggilan Sinha.

Lahir di India, Sinha adalah seorang ahli bedah ortopedi dan kedokteran olahraga yang kini berpraktik di Florida dan telah membuka beberapa klinik di New York.

Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS menyatakan rasa hormat Sinha terhadap nilai-nilai Amerika dan Asia, serta ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan kawasan Indo-Pasifik, serta keahlian bisnisnya, membuatnya sangat memenuhi syarat untuk posisi Dubes untuk Singapura.

Dalam sidang konfirmasi oleh komite hubungan luar negeri Senat, Sinha diperkenalkan oleh Senator Lindsey Graham dari Partai Republik sebagai sahabat Presiden Trump selama lebih dari satu dekade.

Dalam pidato pengantar dan jawaban atas pertanyaan senator lainnya, Sinha menyebut dirinya sebagai pembangun jembatan seumur hidup dan berjanji untuk menciptakan hubungan yang sangat kuat dengan Singapura, serta mempertahankan hubungan pertahanan, keamanan, dan ekonomi.

Silang argumen antara dia dan Duckworth memicu banjir komentar daring dari warga Singapura yang mengkritik kinerja Sinha dan mempertanyakan kepatutannya untuk menjadi duta besar AS.

‘Tidak yakin mana yang merupakan penghinaan terburuk, tarif atau menjadikannya duta besar untuk Singapura,’ tulis seorang komentator.

‘Orang ini lebih mirip 'Embarassador' ketimbang Ambassador,’ kata yang lain.

Warganet lain memuji Duckworth, yang pertama kali menarik perhatian warga Singapura ketika ia menginterogasi Menhan Hegseth selama sidang konfirmasi.

Terlepas dari kontroversi tersebut, konfirmasi Sinha tetap menjadi kemungkinan yang kuat. Dengan Partai Republik mendominasi Senat dan komite-komitenya, komite hubungan luar negeri tampaknya akan menyetujui pencalonannya untuk kemudian dilakukan pemungutan suara penuh di Senat. (CNA/BBC/B-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Haufan Salengke
Berita Lainnya