Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pengakuan Pilot Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air dan Kondisi Bandara Muan

Dhika Kusuma Winata
04/1/2025 17:48
Pengakuan Pilot Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air dan Kondisi Bandara Muan
Puing sisa kecelakaan pesawat Jeju Air(Dok. Yonhap)

SEORANG pilot dengan pengalaman tujuh tahun di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, mengungkapkan kesaksian soal kondisi bandara yang menjadi lokasi kecelakaan pesawat Jeju Air.

Sang pilot menyebut tidak pernah diberi tahu tentang keberadaan gundukan beton yang menampung localiser di landasan pacu bandara.

Struktur beton tersebut diyakini memperburuk tingkat keparahan kecelakaan pesawat Jeju Air secara signifikan. Pasalnya, tabrakan pesawat dengan gundukan padat selama pendaratan darurat itu diduga memicu ledakan dahsyat.

Pilot dan instruktur penerbangan A tersebut yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan selama tujuh tahun menggunakan bandara Muan dia tidak tahu gundukan tersebut terbuat dari beton. Menurutnya, pilot-pilot lain juga tidak tahu hal tersebut.

"Saya telah melihat gundukan itu dari udara selama lepas landas dan pendaratan yang tak terhitung jumlahnya dan berasumsi itu adalah tumpukan tanah. Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa itu terbuat dari beton," ujarnya kepada Yonhap.

"Tidak ada indikasi dalam peta bandara atau panduan terpisah yang menyebutkan bahwa gundukan itu adalah struktur beton setinggi 2 meter dan setebal 4 meter. Pilot lain juga tidak menyadari sifat aslinya."

Dia juga membahas masalah tabrakan burung yang telah diduga sebagai kemungkinan penyebab kecelakaan. Menurutnya, pilot secara teratur memantau aktivitas burung menggunakan Layanan Informasi Terminal Bandara (ATIS).

Dia menyebut insiden tabrakan burung terjadi kira-kira hanya satu tahun sekali.

"Kami selalu memeriksa kondisi cuaca melalui transmisi frekuensi, dan bandara Muan telah mengeluarkan peringatan aktivitas burung setiap hari akhir-akhir ini, dengan pengontrol lalu lintas udara memberi tahu kami jika ada burung di landasan pacu,” katanya.

Kecelakaan Jeju Air terjadi pada 29 Desember lalu pukul 08.57 pagi waktu setempat. Menara kontrol mengeluarkan peringatan tabrakan burung tepat sebelum pesawat mencoba mendarat dengan posisi perut.

Selama pendaratan, pesawat bertabrakan dengan gundukan beton yang menyebabkan ledakan. Kecelakaan itu mengakibatkan kematian 179 penumpang dan yang selamat hanya dua awak pesawat. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya