Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kecelakaan Maut Pesawat Jeju Air di Muan, Korea Selatan: 179 Tewas, 2 Selamat

Thalatie K Yani
30/12/2024 05:49
Kecelakaan Maut Pesawat Jeju Air di Muan, Korea Selatan: 179 Tewas, 2 Selamat
Total korban meninggal dalam kecelakaan Jeju Air di Muan sebanyak 179 orang dan 2 awak pesawat berhasi diselamatkan. (Yonhap)

SEBUAH pesawat penumpang yang membawa 181 orang mendarat darurat dan meledak di bandara di Kabupaten Muan, bagian barat daya Korea Selatan, pada  Minggu (29/12), menewaskan 179 orang dengan dua lainnya berhasil diselamatkan, kata pihak berwenang.

Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 9 pagi ketika pesawat Jeju Air, yang membawa 175 penumpang dan enam awak, keluar dari landasan saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Kabupaten Muan, Provinsi Jeolla Selatan, sekitar 288 kilometer sebelah barat daya Seoul.

Pesawat itu tergelincir di tanah tanpa roda pendaratan yang terbuka, menabrak tembok beton sebelum meledak menjadi api dengan ledakan yang sangat keras.

Ini adalah kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di tanah Korea Selatan, dan merupakan kecelakaan ketiga paling fatal berdasarkan jumlah korban yang melibatkan maskapai Korea Selatan.

Pada tahun 1983, sebuah pesawat jet tempur Soviet menembak jatuh penerbangan Korean Air setelah pesawat itu masuk ke wilayah udara Rusia, yang menewaskan semua 269 orang di dalamnya. Pada tahun 1997, sebuah pesawat Korean Air jatuh di Guam, menewaskan 225 orang.

Setelah pukul 9 malam, pihak berwenang mengkonfirmasi 179 kematian akibat kecelakaan itu dan mengatakan dua awak berhasil diselamatkan. Keduanya dibawa ke rumah sakit berbeda di Seoul setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit dekat bandara.

"Setelah pesawat bertabrakan dengan tembok, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah," kata seorang pejabat badan pemadam kebakaran pada hari Minggu pagi.

"Pesawat hampir hancur total, dan sulit untuk mengidentifikasi korban tewas," kata pejabat tersebut. "Kami sedang dalam proses memulihkan jenazah, yang akan memakan waktu."

Sebanyak 181 orang berada di dalam pesawat Boeing 737-800 yang berangkat dari Bangkok, pukul 1:30 pagi. Pesawat itu dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 8:30 pagi. Penumpangnya semuanya warga Korea, kecuali dua warga negara Thailand.

Di antara yang ada di dalam pesawat, 82 adalah pria dan 93 adalah wanita, dengan rentang usia dari yang termuda tiga tahun hingga 78 tahun. Banyak di antara mereka berusia 40-an, 50-an, dan 60-an.

Sebuah kamar mayat sementara telah disiapkan di dalam bandara Muan untuk menyimpan jenazah para korban.

Pihak berwenang percaya kerusakan roda pendaratan, yang kemungkinan disebabkan tabrakan dengan burung, mungkin menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Mereka telah memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya.

Mereka berhasil mengambil kedua alat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit dari reruntuhan, meskipun mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan tersebut.

Kementerian Transportasi mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa menara kontrol bandara telah memperingatkan adanya tabrakan dengan burung pada pukul 8:54 pagi. Pilot menyatakan keadaan darurat pada pukul 8:59 pagi, dan mendaratkan pesawat pada pukul 9:03 pagi tanpa roda pendaratan yang terbuka.

Pihak berwenang Provinsi Jeolla Selatan mengeluarkan peringatan darurat ke tingkat tertinggi dan mengerahkan semua personel penyelamat dan polisi yang tersedia ke lokasi kecelakaan.

Presiden sementara Choi Sang-mok menyatakan Kabupaten Muan sebagai zona bencana khusus saat mengunjungi lokasi kecelakaan untuk memerintahkan para pejabat agar melakukan upaya maksimal dalam operasi pencarian.

Choi juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan dan berjanji akan memberikan semua bantuan yang diperlukan dari pemerintah.

Choi juga menyatakan masa berkabung nasional selama tujuh hari, yang dimulai pada hari Minggu dan akan berlangsung hingga tengah malam pada hari Sabtu.

Kantor kepresidenan mengadakan pertemuan darurat dengan sekretaris-sekretaris utama sebelumnya pada hari itu dan memutuskan untuk mempertahankan sistem darurat 24 jam guna merespons pencarian dan operasi lainnya.

Dalam pertemuan yang dipimpin kepala staf kepresidenan Chung Jin-suk, pejabat juga membahas cara koordinasi antar lembaga untuk penyelidikan kecelakaan, serta dukungan medis dan lainnya.

Komisaris Jenderal Kepolisian Nasional Korea Selatan, Lee Ho-young, juga memerintahkan pejabat untuk mengerahkan semua sumber daya yang tersedia dan bekerja sama dengan badan pemadam kebakaran dan lembaga terkait lainnya untuk membantu upaya penyelamatan.

CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyampaikan permintaan maaf dan belasungkawa kepada keluarga korban yang kehilangan orang yang mereka cintai, sambil berjanji akan memberikan semua dukungan yang diperlukan kepada keluarga korban.

"Tidak peduli penyebabnya, saya bertanggung jawab sepenuhnya sebagai CEO," kata Kim.

Jeju Air berjanji akan melakukan segala upaya untuk mendukung keluarga yang selamat, baik secara finansial maupun lainnya, dengan merujuk pada rencana asuransi senilai US$1 miliar.

Kim kemudian pergi ke bandara Muan untuk meminta maaf kepada keluarga korban secara langsung, tetapi disambut dengan reaksi marah. Kim baru tiba sekitar pukul 8 malam, sekitar 11 jam setelah kecelakaan terjadi. (Yonhap/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya