Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Sugeng Rahardjo Kupas Isu Aktual Melalui Buku Healing the World

Budi Ernanto
28/6/2023 15:03
Sugeng Rahardjo Kupas Isu Aktual Melalui Buku Healing the World
Bedah buku Healing the World yang ditulis oleh Sugeng Rahardjo.(DOK IST)

SETELAH diterbitkannya Unboxing Tiongkok yang mendapat sambutan luas berbagai kalangan pada 2021 lalu, dua tahun kemudian, Sugeng Rahardjo, diplomat karier, kembali menerbitkan buku berjudul Healing the World-Memadamkan Api Perang Dunia Ketiga yang diluncurkan pada Senin (26/6).

Berbeda dengan Unboxing Tiongkok yang mengupas secara mendalam berbagai aspek tentang perkembangan Negeri Tirai Bambu yang membawa kepada cerahnya perekonomian Indonesia dan dunia, sesuai dengan pengalaman saat menjadi Dubes RI di Beijing pada 2014-2017.

Healing the World mengupas isu-isu aktual yang sekarang sedang terjadi di tengah tengah masyarakat dunia, yaitu sakitnya perekonomian dunia dan juga transisi geopolitik dunia yang sedang bergeser dari Amerika Serikat kepada kekuatan ekonomi dunia baru yang lebih seimbang.

Teuku Rezasyah, dosen Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Bandung yang hadir sebagai narasumber dalam bedah buku tersebut menegaskan dan bahwa buku tersebut perlu dibaca oleh kalangan diplomat, mahasiswa maupun mereka yang punya ketertarikan di bidang diplomasi internasional atau dinamika yang terjadi di dunia saat ini.

Baca juga: Nahdlatul Ulama Afghanistan: Diplomasi Damai ala Nahdliyin

"Buku ini mengajak Republik Indonesia untuk lebih mandiri dan lebih peka terhadap kondisi geopolitik yang terjadi saat ini dan mendatang," kata Teuku. 

Selain Teuku, bedah tersebut juga menghadirkan aktivis mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan Pehimpuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). 

Dalam acara tersebut, disebutkan keunikan dari buku itu adalah, semua peristiwa geopolitik dunia ini, tidak diulas dari sudut pandang seorang pengamat, namun sebagai seorang pelaku, yang di uraikan melalui perjalanan hidup dan karier seorang Sugeng.

Baik di mulai dari awal karier sebagai diplomat, melihat dan berada di Amerika Serikat ketika mereka menjadi puncak kemajuan dunia dan juga  ketika Amerika Serikat berada di  terutama perkembangan geopolitik di berbagai belahan dunia dan juga berada di Tiongkok ketika, Tiongkok menjadi pusat kemajuan dunia baru selama satu dekade terakhir. 

Sugeng mengatakan, dunia tetap akan dikuasai neokolonialisme, yang ditandai dengan kebijakan zero sum game, yaitu harus ada yang menang dan kalah. "Sejak Perang Dunia Kedua, kebijakan yang diambil selalu ditandai dengan persaingan yang alih alih sehat, tapi justru menimbulkan ketegangan," kata Sugeng yang saat menulis dibantu Atman Ahdiat, Ardy Bramantyo, Rahmad Nasution dan Sariat Arifia.

Baca juga: Kirim Vaksin Ke Nigeria, Bentuk Soft Diplomasi RI

“Buku ini saya tulis untuk memberikan pengalaman selama hampir 40 tahun terakhir sebagai diplomat, dimana perkembangan dalam negeri dan hubungan internasional tidak merupakan ruang yang kosong tetapi banyak dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan, yang apabila tidak mendapatkan perhatian generasi muda, akan menciptakan berbagai tantangan dan kendala dalam menciptakan Indonesia yang lebih makmur, lebih adil dan sejahtera," kata Sugeng yang juga pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan dan Tiongkok itu. 

Buku yang ditulis Sugeng dengan 300 halaman, dalam dua jilid, memberi pesan mendalam pentingnya pengelolaan politik luar negeri. Diplomasi bukanlah sekedar basa basi, melalui acara acara seremonial, tapi harus membawa dan mentransfer kemakmuran negara yang lebih maju kepada Indonesia.

Diplomat harus sudah sanggup melihat rekam jejak, siapa teman kita dan siapa bukan teman kita. Hal ini di suguhkan melalui catatan perjalanan malang melintang di berbagai belahan dunia selama sebagai diplomat. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya