Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MEDIA sosial menjadi kutukan sekaligus berkah dalam kasus penembakan yang terjadi di Jerman, Jumat (22/7) lalu. Polisi mengaku agak kerepotan karena informasi yang beredar di medsos, terutama Twitter, dianggap mengganggu kinerja mereka.
Namun, menurut Menteri Dalam Negeri Jerman, informasi yang beredar di masyarakat justru menguntungkan. “Kadang dalam beberapa kasus penyelidikan kita harus berterima kasih buat foto dan video yang diunggah seseorang.”
Seperti diwartakan, Jumat malam lalu waktu setempat, seorang pemuda mengamuk dan memberondong sejumlah orang di sebuah mal di Muenchen, Jerman.
Sebanyak 10 orang tewas, termasuk pelaku yang akhirnya bunuh diri. Saat peristiwa berlangsung, identitas dan berapa jumlah pelaku penembakan belum diketahui.
Namun, informasi di media sosial telah telanjur tersebar dan simpangsiur. Ada yang bercicit di Twitter penembakan juga terjadi di kota lain selain Muenchen. Ada pula yang bilang pelaku lebih dari satu. Hal itu membuat masyarakat bingung, termasuk polisi.
Pihak kepolisian Jerman sebetulnya telah mengantisipasi itu. Lewat Twitter resmi dalam bahasa Jerman, Inggris, dan Prancis, mereka menyatakan akan bekerja cepat menangkap pelaku. ‘Tersangka masih dalam pengejaran. Tolong menjauh dari area publik’, demikian imbauan polisi disertai tagar ##munich #gunfire”.
“Laporan yang menyebut ada kejadian ataupun pelaku lain, mungkin saja. Situasi masih tidak jelas. Jauhi area publik,’’ kata mereka lagi.
Namun, polisi tetap saja kesulitan karena netizen yang menge-tweet maupun me-retweet semua informasi tak bisa dicegah meski kebenaran pun diragukan. Hal itu menyulitkan polisi. Tak jelas mana fakta, mana fiksi. Satu hal lagi yang membuat aparat bingung ialah video atau foto yang diunggah netizen. “Tolong jangan unggah foto atau video saat polisi beraksi atau informasi apa pun yang menguntungkan tersangka,” kata mereka.
Kepada Televisi ZDF, kepala polisi Hubertus Andrae mengatakan kecepatan dan isi informasi yang dibutuhkan merupakan tantangan tersendiri untuk diverifikasi, termasuk informasi pelaku terkait dengan teroris atau bukan. ‘Tolong jangan berpekulasi’, cicit polisi dalam Twitter mereka.
“Di era media sosila seperti sekarang, polisi tak bisa lagi mengontrol kualitas maupun kapan informasi disebarkan, tapi bisa siapa saja,” ujar Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere. “Kadang hal itu menguntungkan, seperti foto dan video milik individu yang berguna untuk penyelidikan,’’ imbuhnya.
Dalam kasus penembakan di Boston, AS pada 2013, misalnya, penyelidikan bisa cepat karena banyaknya informasi dari masyarakat. (AFP/Adiyanto/X-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved