Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
ORGANISASI Negara Eksportir Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal OPEC Plus, sepakat pada Senin (5/9), untuk memangkas produksi minyak sebesar 100 ribu barel per hari. Pemangkasan ini dianggap kecil atau sekitar sepersepuluh persen dari produksi dunia, sehingga dinilai berdampak kecil pada pasokan minyak.
Dengan memangkas produksi, OPEC Plus menunjukkan bahwa mereka mengabaikan permintaan pemerintah Presiden Joe Biden yang telah melobi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan produsen lain untuk meningkatkan produksi minyak. Permintaan Biden itu mengantisipasi lonjakan harga energi yang lebih tinggi akibat perang di Ukraina.
"Pemotongan tersebut menimbulkan konfrontasi dalam hal ekspektasi ekonomi maju Barat versus Negara-negara Teluk,” kata Richard Bronze selaku kepala geopolitik di Energy Aspects, sebuah perusahaan riset pasar.
Pejabat OPEC, yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah menyatakan kekhawatirannya atas penurunan harga minyak baru-baru ini.
Arab Saudi telah mengingatkan pasar baru-baru ini bahwa mereka siap untuk melakukan intervensi jika melihat bahaya penurunan harga minyak di luar kendali. Negara itu juga mengirimkan sinyal kepada pemerintahan Biden bahwa mereka siap mengambil langkah-langkah strategis seperti memotong produksi.
Keputusan OPEC Plus lebih merupakan sinyal bagi pasar. Kuota produksi minyak dari banyak anggota kelompok sangat berbeda dari apa yang sebenarnya dipompa oleh negara-negara ini.
Pemangkasan produksi minyak 100 ribu barel per hari ditengarai oleh beberapa sebab. Seperti, Tiongkok sebagai importir minyak terbesar dunia dikhawatirkan akan terus melemahkan permintaan minyak karena adanya lockdown atau penguncian wilayah akibat covid-19.
Penyebab lainnya adalah rencana kesepakatan program nuklir Iran yang pada akhirnya dikhawatirkan melepaskan volume besar minyak baru Iran di pasar.
Harga minyak hari ini diperdagangkan naik tajam pada hari Senin. Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 3,9% menjadi US$96,63 per barel. Garga minyak berjangka West Texas Intermediate AS juga melonjak 3,6% menjadi US$90 per barel. (The New York Times/OL-8)
Tiongkok mengimbau komunitas global untuk memperkuat upaya menurunkan ketegangan dan mencegah krisis regional berdampak lebih luas.
"Indonesia harus menunjukkan kesiapan dan ketanggapan dalam menghadapi dampak lanjutan dari dinamika kawasan Timur Tengah.
Pascaserangan rudal Iran ke pangkalan militer AS, harga minyak jatuh dan saham AS melonjak.
PEMERINTAH memastikan tekanan global imbas perang Ira-Israel masih dapat dimitgasi. Gejolak yang terjadi pada perekonomian masih dalam batas aman dan belum mengkhawatirkan.
Harga minyak mengalami lonjakan tajam usai Amerika Serikat menyerang fasilitas nuklir Iran.
Penutupan Selat Hormuz diprediksi bakal mengganggu suplai minyak dunia, menyebabkan lonjakan harga, dan untuk sementara waktu mencegah kapal perang AS keluar dari Teluk Persia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved