Krisis Ekonomi Sri Lanka, Banyak Ikan Tapi tak bisa Berlayar

Nur Aivanni 
31/3/2022 15:59
Krisis Ekonomi Sri Lanka, Banyak Ikan Tapi tak bisa Berlayar
Personel militer Sri Lanka berjaga-jaga saat pemberlakuan jam malam di Colombo.(AFP/Jewel SAMAD )

LANGIT dan laut lepas pantai Sri Lanka berwarna biru kristal tetapi krisis ekonomi yang memburuk telah membuat para nelayan yang tertambat di pelabuhan Negombo kehabisan bensin dan tidak bisa menangkap ikan hari itu.

Perairan di dekatnya adalah kaya akan udang dan makarel berukuran kepalan tangan yang biasanya jadi santapan makanan laut pokok negara pulau itu.

Baca juga: Presiden: RI akan Buka Perbatasan dengan Papua Nugini

Namun krisis telah membuat masyarakat pesisir kekurangan bahan bakar untuk mengirim kapal mereka ke laut, dan akibatnya menjalar ke meja makan di seluruh negeri.

"Jika kami mengantri pukul lima pagi, maka kami akan mendapatkan bahan bakar pada pukul tiga sore, pada hari-hari baik," kata Arulanandan, seorang anggota komunitas nelayan Negombo yang berpengalaman, kepada AFP.

"Tetapi bagi sebagian orang, itu pun tidak mungkin, karena begitu sampai di ujung antrian, minyak tanahnya habis," ucapnya.

Di sekitar muara setempat, anggota kru yang menganggur berjemur di geladak, mengisap rokok saat mereka dengan lesu menunggu berita pengiriman diesel baru.

Kapal mereka diperlengkapi untuk pergi jauh ke perairan internasional selama berminggu-minggu, tetapi kekurangan bahan bakar telah membuat sebagian besar berhenti berlayar.

"Ketika saya tidak bisa membawa uang ke rumah, anak-anak saya bertanya kepada saya, 'Mengapa kamu tidak memberi saya makan?'" kata Arulanandan. "Tapi mereka tidak mengerti masalah yang kita alami," tambahnya.

Satu jam berkendara ke selatan, di pinggiran ibu kota Kolombo, terdapat pasar ikan terbesar di negara itu.

Konsekuensi dari menyusutnya hasil tangkapan di Sri Lanka sangat terasa di sana, dengan jauh lebih sedikit makanan laut yang sampai ke pemilik kios dan jauh lebih sedikit pelanggan yang lewat.

"Pembeli datang dari jauh, dan karena kekurangan solar dan bensin, mereka tidak muncul," kata Mohammed Asneer, seorang penjual udang muda. "Penjualan kami turun dan pengeluaran kami naik," ucapnya.

Asneer pun menjadi jengkel sambil meratapi keadaannya yang sulit dan mengatakan dia akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk pergi ke luar negeri.

"Saya tidak ingin berada di negara ini lagi," katanya kepada AFP. "Kami bekerja di pasar ikan dan kami bahkan tidak mampu membeli satu kilo ikan. Jadi, apa yang akan dilakukan orang lain?" katanya.

Pemerintah Sri Lanka pun mengakui bahwa krisis ekonomi saat ini adalah yang terburuk di negara itu sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. (AFP/Nur/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya