Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
RUSIA berencana mengganti mata uang yang digunakan dalam penjualan gas ke negara-negara 'tidak bersahabat' dengan rubel. Hal itu dikatakan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (23/3).
Pernyataan itu dikeluarkan Putin merespons pembekuan aset Rusia oleh negara-negara lain sebagai sanksi atas agresi militer Moskow ke Ukraina.
Putin menyebut pembekuan itu telah menghancurkan kepercayaan Moskow.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Tidak Berdampak Langsung bagi Indonesia
Ketergantungan negara-negara Eropa pada gas dan komoditas lainnya dari Rusia telah menjadi sorotan sejak Moskow mengerahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari.
"Rusia akan terus, tentu saja, memasok gas alam sesuai volume dan harga yang ditetapkan dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," kata Putin dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi.
"Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran, yang akan diganti dengan rubel Rusia," lanjutnya.
Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral punya waktu sepekan untuk mencari solusi bagaimana mengalihkan pembayaran ke mata uang Rusia.
Gazprom, raksasa gas Rusia, juga akan diminta membuat perubahan terkait dalam kontrak-kontrak gas yang dimilikinya.
Menurut Gazprom, 58% penjualan gas alam ke Eropa dan negara-negara lain hingga 27 Januari dilakukan dalam mata uang euro. Dolar AS menyumbang sekitar 39% penjualan kotor, dan pound sterling sekitar 3%.
Sekitar 40% dari total konsumsi gas Eropa dipasok oleh Rusia.
"Prosedur pembayaran yang dapat dipahami dan transparan harus dibuat untuk (semua pembeli asing), termasuk menggunakan rubel Rusia di pasar mata uang domestik kita," kata Putin.
Rusia telah membuat daftar negara 'tidak bersahabat', merujuk pada mereka yang menjatuhkan sanksi. Transaksi dengan perusahaan dan individu dari negara-negara itu harus mendapat persetujuan dari sebuah komisi pemerintah.
Negara-negara dalam daftar itu di antaranya adalah Amerika Serikat, negara-negara anggota Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada, Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Swiss, dan Ukraina. (Ant/OL-1)
Nilai tukar rubel Rusia pada Jumat (7/4) jatuh ke tingkat terendah terhadap dolar AS dalam setahun. Nilainya turun menjadi 82 rubel per dolar AS di Bursa Efek Moskow (MOEX).
BANK sentral Rusia mengatakan pada Jumat (17/2/2023) bahwa tekanan inflasi di seluruh ekonomi tetap kuat selama dua minggu pertama Februari, mengutip penurunan dalam rubel sebagai faktor.
Didukung oleh kontrol modal yang ketat dan ekspor energi, rubel baru-baru ini menunjukkan rebound yang spektakuler.
POLANDIA dan Bulgaria sekarang menerima gas dari tetangga UE mereka setelah raksasa energi negara Rusia Gazprom menghentikan pengiriman pasokan gas.
DI tengah tekanan Amerika Serikat (AS) dan barat, mata uang Rusia, Rubel ditutup di level terkuatnya bulan ini terhadap dolar, baik di Moskow maupun di bursa luar negeri pada Rabu (23/3/2022).
Sekretaris SKK Migas Luky Yusgiantoro kebijakan tarif resiprokal AS memang belum terasa sekarang, tetapi secara realistis sektor hulu migas juga akan terdampak.
SKK Migas menyoroti capaian progres proyek yang ditargetkan menembus angka 70% pada kuartal I 2026.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina, melakukan berbagai upaya teknis untuk menahan laju penurunan produksi migas (decline), terutama dari lapangan-lapangan utama.
Demi menjamin keandalan operasi, Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) terus tingkatkan integritas fasilitas pipa penyalur bawah laut.
Kementerian ESDM meninjau dan mengevaluasi kondisi lapangan terkait tata kelola minyak mentah, serta memastikan kualitas dan kuantitas Bahan Bakar Minyak terjaga hingga ke tangan konsumen
Pertamina EP menggandeng BUMD dan KUD untuk mengoperasikan sumur tua dan sumur idle atau sumur yang menganggur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved