Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Bank Sentral India kemungkinan akan mulai memperlambat normalisasi pengaturan kebijakan moneternya, sama seperti Tiongkok. Pasalnya, pejabat yang berkepentingan di India, menginginkan kepastian akan pemulihan ekonomi yang terjadi hingga tuntas.
Para pembuat kebijakan bertekad untuk menjaga sikap moneter saat ini untuk mencapai pertumbuhan di masa yang akan datang.
Gubernur Bank Sentral India, Shaktikanta Das mulai menyerukan kebijakan yang terkoordinasi terhadap pandemi, karena Omikron diperkirakan mampu memberi dampak terhadap melambatnya perekonomian mendatang.
Oleh karena itu kebijakan yang akomodatif akan kembali digunakan oleh Bank Sentral India untuk memberikan dukungan yang lebih besar terhadap perekonomian.
"Dibandingkan Bank Sentral lainnya, tampaknya Bank Sentral India belum akan memulai untuk menaikan tingkat suku bunganya. India tengah mempertimbangkan apakah akan melakukan penguncian yang lebih ketat atau tidak," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis (30/12).
Michael Debabrata Patra, Wakil Gubernur Bank Sentral India serta anggota Komite Kebijakan Moneter mengatakan bahwa kurva Phillips mulai terlihat mendatar. Hal ini merupakan sebuah gambaran akan hubungan pekerjaan dengan upah, serta untuk menyimpulkan bahwa kondisi permintaan masih cukup lemah.
Maka Bank Sentral India akan membuat kebijakan yang mempermudah perekonomian dalam kurun waktu beberapa bulan mendatang. Meskipun bank sentral mempertahankan proyeksi pertumbuhan sebesar 9,5% pada tahun 2021, namun mereka memperkirakan adanya fase ekspansi yang mulai melambat menjadi 7,8% pada tahun 2022.
Inflasi akan mulai mengalami kenaikan pada periode Januari–Maret sebelum akhirnya stabil dalam 2 kuartal berikutnya di 5%. Target inflasi berada di 2%–6%, masih menyisakan ruang untuk mendukung pertumbuhan.
Cadangan devisa yang hampir US$650 miliar akan memberikan ruang yang lebih besar bagi pembuat kebijakan untuk melindungi pemulihan ekonomi, khususnya dari volatilitas yang akan datang pada tahun depan, ketika The Fed menaikan tingkat suku bunga.
Bank Sentral India juga sejauh ini akan terus mengawasi kelebihan likuiditas dalam jumlah yang besar di dalam sistem perbankan. Likuiditas diperkirakan akan meningkat sekitar 6 triliun rupee atau US$80 miliar selama tahun fiskal 2023 dan 2024.
Dengan likuiditas sebesar ini, tentu sistem keuangan India akan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang diperlukan. Namun terlalu besar juga bukan merupakan sesuatu yang baik. Oleh sebab itu menyeimbangkan kembali likuiditas akan menjadi poin penting.
Fokus utamanya, sejauh mana India memastikan likuiditas di pasar tercukupi, memberikan kebijakan yang menopang pertumbuhan ekonomi, dan ruang bagi industri untuk tetap tumbuh dengan bauran kebijakan fiskal dan moneter.
Pemulihan yang tidak merata pada tahun depan akan menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi pelaku pasar dan investor. Namun tentu lebih baik pulih dan tidak merata, daripada tidak ada yang pulih sama sekali.
"Oleh karena itu, perbedaan sikap kebijakan Bank Sentral di berbagai negara pada tahun depan, akan menjadi salah satu poin yang harus diperhatikan. Sebab hal tersebut akan memberi dampak terhadap nilai dari mata uang itu sendiri," kata Nico. (OL-12)
Data Bank Indonesia mencatat peningkatan transaksi perbankan digital sebesar 54,89% secara tahunan (YoY) hingga September 2024.
Menjelang peluncuran resminya pada 19 Juni 2025, Asthara Skyfront City menjalin kerja sama strategis dengan empat lembaga keuangan terpercaya.
Nilai pasti dari jumlah kerugian masih dalam proses penelaahan dan belum dapat dipastikan hingga seluruh proses investigasi internal diselesaikan.
Pendekatan pembangunan koperasi seharusnya dimulai dari bawah, bukan dengan pendekatan struktural yang instan.
PT Bank Central Asia (BCA) mempertahankan posisinya sebagai bank terbaik di Indonesia versi Forbes.
PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) menutup tahun 2024 dengan kinerja keuangan yang solid. Laba bersih tercatat tumbuh sebesar 14,61% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp519,43 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved