Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Banjir, Lebih dari 62.000 Warga Malaysia Masih Berada di Pengungsian

Atikah Ishmah Winahyu
23/12/2021 08:31
Banjir, Lebih dari 62.000 Warga Malaysia Masih Berada di Pengungsian
Banjir Malaysia(AFP/Arif Kartono)

LEBIH dari 62.000 warga masih berada di pusat-pusat bantuan di tujuh negara bagian Malaysia pada Rabu (22/12), enam hari setelah banjir dahsyat menyapu sebagian besar semenanjung hingga menyebabkan 33 orang tewas.

Sejumlah warga masih dalam proses penyelamatan dari rumah mereka yang terendam banjir di Mentakab, salah satu daerah yang terkena dampak paling parah di negara bagian Pahang. "Beberapa warga masih terjebak di rumah mereka yang terkena banjir dan pusat layanan saya telah mengatur untuk memindahkan mereka ke pusat bantuan terdekat," kata anggota dewan Mentakab Woo Chee Wan.

Kota di Pahang yang dihuni sekitar 42.000 warga telah terputus, dengan laporan mengatakan semua jalan utama menuju ke sana benar-benar terendam. "Kota Mentakab hanya dapat diakses dengan perahu dan di beberapa bagian kota, ada arus kuat. Hampir 90% kota terendam," terangnya.

Ketika operasi penyelamatan berlanjut, pihak berwenang memperingatkan kemungkinan cuaca yang lebih buruk, mencatat bahwa musim hujan akhir tahun yang biasa masih jauh dari selesai.

Hujan pada Rabu pagi meningkatkan ketinggian air di beberapa bagian Selangor, dan para pejabat mengimbau para pengungsi untuk tidak kembali ke rumah.

Di beberapa bagian negara di mana air banjir telah surut, orang-orang mulai meninggalkan pusat-pusat evakuasi untuk kembali ke rumah untuk membersihkan kekacauan.

 Rumah mahasiswa Ahmad Aqil Abdul Hamid, 22 tahun, di Hulu Langat, Selangor, dibanjiri air hingga ke atap, menghancurkan hampir semua harta benda keluarganya. "Hampir semuanya hilang karena air sampai ke atap. Bisa saya katakan semua peralatan elektronik rusak," katanya.

Sementara itu, Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob mengatakan pasokan listrik ke daerah yang dilanda banjir akan dipulihkan hanya ketika air surut.

Dia mengatakan bahwa saluran listrik ke 350 daerah di Lembah Klang harus diputus oleh perusahaan energi Tenaga Nasional.

"Demi keselamatan publik, Tenaga terpaksa memutus pasokan listrik untuk sementara karena air masih dalam level berbahaya. Arus pendek dapat terjadi dan menyebabkan kebakaran," tulisnya di Twitter.

Mencerminkan kemarahan publik yang meluas terkait respons terhadap bencana, seorang menteri dicaci maki di tempat penampungan banjir oleh seorang wanita yang mengatakan bahwa dia diselamatkan oleh migran Indonesia di perahu mereka sendiri dan bukan oleh pihak berwenang.

Dia tertangkap dalam video yang memberi tahu Menteri Pengembangan dan Koperasi Pengusaha Noh Omar bahwa dia dan keluarganya terdampar di atap rumah mereka dari tengah malam hingga pukul 04.30 pagi dan dia telah menghubungi agen penyelamat tetapi tidak ada yang menjawab.

“Kami sudah menghubungi setiap instansi pemerintah, tapi tidak ada tindakan yang diambil ketika kami berada dalam situasi kritis,” tuturnya.

"Mereka baru datang saat air surut. Kenapa baru datang saat air surut?" kata wanita itu kepada menteri yang sedang mengunjungi pusat bantuan banjir di sebuah sekolah di Hulu Langat pada hari Selasa.

Aktivis Jemilah Mahmood pada hari Rabu bergabung dengan paduan suara kritik atas kurangnya koordinasi dalam upaya penyelamatan. "Koordinasi yang sangat penting masih kurang. Diperlukan penilaian kebutuhan mendesak. Sampai saat ini, kami tidak tahu berapa banyak yang terkena dampak dan berapa banyak yang terdampar," ujarnya.

Dia juga menghujat politisi dalam sebuah unggahan di Instagram. "Jika Anda dapat menempatkan seseorang di perahu Anda dengan seorang juru kamera daripada orang yang terkena dampak, maka Anda membuat prioritas yang salah," tulisnya.

Netizen telah mengejek "turis banjir" seperti itu dalam beberapa hari terakhir, merujuk pada politisi dan VVIP lain yang telah mengunggah tentang kunjungan mereka ke daerah yang dilanda banjir yang menurut banyak kritikus menggunakan sumber daya yang tidak perlu yang dapat digunakan dalam misi penyelamatan dan pemulihan. (Straitstimes/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik