Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Kekerasan di Myanmar Terus Berlanjut, Tiga Demonstran Tertembak

Atikah Ishmah Winahyu
02/3/2021 20:10
Kekerasan di Myanmar Terus Berlanjut, Tiga Demonstran Tertembak
Aksi Unjuk rasa di Myanmar(STR / AFP)

TIGA orang pengunjuk rasa anti-kudeta dilaporkan terluka parah akibat tembakan langsung yang dilepaskan oleh pasukan keamanan di barat laut Myanmar, Selasa (2/3).

Para pengunjuk rasa, banyak yang mengenakan topi keras dan memegang perisai darurat, berkumpul di belakang barikade di berbagai bagian kota utama Yangon untuk meneriakkan slogan-slogan menentang kekuasaan militer.

"Jika kami ditindas, akan ada ledakan. Jika kami terkena, kami akan membalas," teriak para demonstran sebelum polisi bergerak dengan menembakkan granat setrum untuk membubarkan massa di setidaknya empat tempat berbeda di kota.

Tidak ada laporan pengunjuk rasa cedera di Yangon, tetapi beberapa orang terluka di Kale ketika polisi menembakkan peluru tajam untuk membubarkan kerumunan, menurut seorang aktivis demokrasi dan seorang reporter.

Baca juga: PM Singapura Minta Militer Myanmar Bebaskan Suu Kyi

"Beberapa terluka, dua dalam kondisi kritis," kata aktivis War War Pyone.

"Sekitar 20 orang terluka dalam tindakan keras pagi hari oleh polisi dan tentara di Kale," kata seorang petugas penyelamat yang tidak mau disebutkan namanya.

"Tiga terkena peluru tajam dan berada dalam kondisi kritis," ujarnya, menambahkan bahwa polisi awalnya mengerahkan gas air mata dan peluru karet, sebelum menggandakan kembali dengan peluru tajam.

Seorang dokter yang merawat pasien di rumah sakit setempat memastikan jumlah orang yang berada dalam kondisi kritis.

"Satu orang ditembak di pahanya dan dia sekarang sedang dioperasi. Satu lagi tertembak di perut dan dia membutuhkan transfusi darah. Satu lagi tertembak di dada," katanya.

"Kondisinya memprihatinkan, kami tidak menyukainya," imbuhnya.

Setidaknya 21 pengunjuk rasa telah tewas sejak kerusuhan dimulai.

Kudeta pada 1 Februari menghentikan langkah tentatif Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer. Langkah tersebut juga menuai kecaman dan sanksi dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya serta meningkatnya kekhawatiran di antara negara tetangga.

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan rekan-rekannya di ASEAN akan berbicara dalam pertemuan virtual Selasa (2/3) dan akan memberi tahu perwakilan militer Myanmar bahwa mereka terkejut dengan kekerasan tersebut.

Dalam wawancara televisi Senin malam, Balakrishnan mengatakan ASEAN akan mendorong dialog antara Aung San Suu Kyi dan junta.

"Mereka perlu bicara, dan kami perlu membantu menyatukan mereka," katanya. (CNA/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya