Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Indonesia Diharapkan Bersuara Lantang soal Kudeta di Myanmar

Nur Aivanni
04/2/2021 18:07
Indonesia Diharapkan Bersuara Lantang soal Kudeta di Myanmar
Polisi berjaga di jalanan Kota Yangon, Myanmar(AFP/STR)

INDONESIA masih diharapkan untuk bersuara lantang terkait kudeta militer yang terjadi di Myanmar. Hal itu disampaikan oleh Eva Kusuma Sundari, yang pernah berperan sebagai penggerak ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR) dalam webinar yang bertajuk 'apa yang harus dilakukan Indonesia dan ASEAN untuk situasi Myanmar terkini?'.

"Indonesia masih diharapkan karena masih lebih demokratis dibandingkan (negara ASEAN) yang lain. Indonesia masih kita harapkan untuk bersuara lantang membantu demokratisasi di regional," katanya, pada Kamis (4/2).

Sebelumnya diberitakan, pada Senin (1/2) militer Myanmar mengambil alih kekuasaan. Pemimpin sipil Aung San Suu Kyi bersama para tokoh politik lainnya ditahan setelah militer melakukan kudeta. Militer menyatakan kemenangan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi dalam pemilu diwarnai kecurangan.

Tindakan tersebut pun menuai kecaman dari dunia internasional. Berbagai negara mendesak militer Myanmar untuk segera membebaskan semua pihak yang ditahan.

Baca juga : AS Prioritaskan Tangani Kudeta di Myanmar

"Di antara negara ASEAN kita masih mengharap Indonesia menjadi leading actor untuk mempengaruhi negara-negara ASEAN lain," kata mantan anggota DPR RI itu. Dikatakannya, Indonesia bisa berperan dalam membantu Myanmar di semua tingkatan baik di tingkat parlemen, civil society maupun pemerintahan. 

Pada kesempatan tersebut, Senior Lecturer Flinders University, Adelaide, Australia, Priyambudi Sulistiyanto mengatakan, penting untuk mendukung restorasi demokrasi di Myanmar. Namun, terkait adanya faktor Tiongkok dalam konteks Myanmar, menurutnya, perlu ada upaya yang lebih kreatif untuk mewujudkan hal tersebut.

Dikatakannya, Tiongkok memiliki hubungan yang rumit dan panjang dengan Myanmar. Dalam tradisi diplomasi dengan Tiongkok, kawan atau sahabat lama itu penting. Walaupun terjadi pergantian pemerintahan di Myanmar dari sipil ke militer ataupun sebaliknya, katanya, persahabatan lama itu tetap kuat.

"Dalam pengertian itu, saran saya teman-teman sekarang juga harus kreatif, punya channel misalnya minta bantuan Kedubes Indonesia di Beijing atau jaringan lain lewat bisnis, yang bisa ujung-ujungnya memberi tahu kembalinya restorasi demokrasi di Myanmar itu juga akan membantu kemanaan regional dan mengamankan juga misalnya kepentingan strategis Tiongkok," tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya