Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
KELOMPOK militan Abu Sayyaf mengancam akan membunuh para sandera warga negara Indonesia (WNI) jika uang tebusan yang mereka tuntut tidak juga dipenuhi paling lambat 8 April. Ultimatum itu disampaikan oleh kelompok yang berbasis di Pulau Jojo dan Basial, di bagian barat daya Filipina, itu lewat sebuah video yang mereka unggah di akun Facebook.
Menanggapi pernyataan Abu Sayyaf, pihak militer Filipina, Rabu (30/3), berkeras Manila tidak memiliki kebijakan yang mengatur masalah uang tebusan, termasuk seperti yang dituntut oleh kelompok teroris tersebut.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Armanatha Nasir mengofirmasi penyanderaan kapal tunda (tugboat) Brahma 12 dan Anand 12 yang mengangkut 7.000 ton batu bara dan 10 kru ditahan oleh militan Abu Sayyaf.
Kantor berita terkemuka Filipina, Inquirer, mengidentifikasi ke-10 korban penyanderaan sebagai Peter Tonsen Brahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Oktavianto, Reynaldi, dan Wendi Raknadian.
Di samping 10 WNI tadi, masih ada sejumlah warga Filipina dan mancanegara yang masih di tangan Abu Sayyaf, yaitu Ewold Horn (Belanda), Hajan Perong (Filipina), pemburu harta karun Toshio Ito (Jepang), Joshua Bani (Filipina), Yahong Tan Lim (Tiongkok), Dennis Cabadonga (Filipina), John Ridsdel (Kanada), Robert Hall (Kanada), Kjartan Sekkingstad (Norwegia), Marites Flor (Filipina), Rolando del Torchio (Italia), Antonio Tan dan cucunya, Ray (pengusaha Tiongkok keturunan Filipina), dan Ronnie Bancale (Filipina).
Juru bicara Angkatan Bersejata Filipina (AFP) Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan 'konsultasi tingkat tinggi' sedang dilakukan antara otoritas Filipina dan Indonesia. Ia memastikan pihaknya mengerahkan semua upaya yang bisa dilakukan untuk membebaskan sandera.
"AFP melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok di balik ini dan untuk menyelamatkan para korban," kata Padilla kepada wartawan di Camp Aguinaldo.
Mayjen Demy Tejares, wakil komandan Satgas Zambasulta (Zamboanga-Basilan-Sulu, dan Tawi-Tawi), mengatakan militer sedang mengecek informasi apakah subkelompok Abu Sayyaf yang dipimpin oleh Al Habsi Misaya berada di balik aksi penculikan itu. Misaya adalah wakil komandan faksi Rahullan Sahiron.
Di Jakarta, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kepada wartawan ia sedang bekerja dengan para pejabat Indonesia dan otoritas Filipina untuk mengkoordinasikan penyelamatan.
"Prioritas kami adalah keamanan 10 warga negara Indonesia yang saat ini masih di tangan para penyandera," ungkapnya.
Wakil Gubernur Sulu Abdusakur Tan menuntut penjelasan mengapa orang asing dengan mudah bisa diculik di perairan Sulu ketika pihak tentara melakukan patroli di laut ini.
"Militer dan polisi harus menjelaskan dulu kenapa ada orang Indonesia di perairan Sulu," kata Tan. "Kenapa bajak laut ini mampu mendeteksi kapal tunda dan warga Indonesia ketika otoritas kita dilengkapi dengan peralatan pemantauan melakukan patroli?" imbuhnya.
Sumber Inquirer mengatakan para warga Indonesia yang disandera Abu Sayyaf bekerja di kapal-kapal yang bergerak di bidang pertambangan ilegal di Tawi-Tawi, sebuah pulau di daerah otonomi Mindanao, rumah bagi mayoritas komunitas Muslim Filipina.
Para politisi lokal dan pejabat militer diduga terlibat dalam bisnis pertambangan ini, menurut sumber tersebut. (Hym/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved