Moderna Klaim Efektivitas Vaksin Covid-19 Mereka Hampir 95%

Basuki Eka Purnama
17/11/2020 09:28
Moderna Klaim Efektivitas Vaksin Covid-19 Mereka Hampir 95%
Ilustrasi vaksin covid-19 produksi Moderna(AFP/JOEL SAGET)

PERUSAHAAN Amerika Serikat (AS) Moderna, Minggu (15/11), mengatakan vaksin yang tengah mereka kembangkan untuk melawan covid-19 memiliki efektivitas hampir 95%.

Hasil awal dari uji klinis vaksin Moderna dengan lebih dari 30 ribu peserta menandai terobosan kedua dalam upaya mengakhiri pandemi covid-19.

Pekan lalu, perusahaan AS lainnuya, Pfizer, dan rekanannya asal Jerman, BioNTech, menyebut vaksin mereka memiliki efektivitas 90%.

Baca juga: Belgia akan Gratiskan Vaksin Covid-19

Kedua vaksin itu menggunakan teknologi baru yang menggunakan versi sintetik dari molekul yang disebut messenger RNA untuk meretas sel manusia dan mengubahnya menjadi pabrik produsen vaksin.

"Ide bahwa kita memiliki vaksin dengan efektivitas 94.5% adalah sangat luar biasa," ujar Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular AS Anthony Fauci yang ikut mengembangkan vaksin milik Moderna,

"Hasil ini sangat luar biasa dan saya rasa tidak ada seorang pun yang menyangkal hasilnya akan sebagus ini.

"Berita pada hari ini mengenai vaksin kedua adalah alasan untuk memiliki harapan yang besar," cicit Presiden Terpilih AS Joe Biden sembari mengingatkan distribusi meluas vaksin itu masih memakan waktu berbulan-bulan lagi.

"Hingga saat itu, warga AS harus terus menjaga jarak dan mengenakan masker," lanjutnya.

Moderna mengaku akan mengajukan aplikasi untuk penggunaan darurat di berbagai penjuru dunia dalam beberapa pekan ke depan.

Perusahaan itu memperkirakan sekitar 20 juta dosis akan siap dikirimkan ke berbagao penjuru AS pada akhir tahun ini.

Perusahaan yang menerima dana sebesar US$2 miliar dari pemerintah AS menambahkan mereka dalam jalur untuk memproduksi antara 500 juta dan 1 miliar dosis vaksin untuk keperluan global pada 2021.

Angka infeksi covid-19 global telah naik menjadi 54 juta kasus dengan lebih dari 1,3 juta kematian sejak virus itu pertama kali muncul di Tiongkok, akhir tahun lalu. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya