Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KEKALAHAN Donald Trump menandai akhir dari kebijakan tekanan keras yang dirancang Amerika Serikat untuk menggulingkan presiden sayap kiri Venezuela Nicolas Maduro. Adapun kedatangan Joe Biden di Gedung Putih pada Januari nanti dapat membuka jalan bagi solusi politik untuk krisis di negara itu.
Ketegangan akut menandai hubungan pemerintahan Trump dengan Maduro, yang masa jabatan keduanya sebagai presiden tidak diakui oleh sekitar 50 negara yang dipimpin AS. Mereka menganggap pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela yang kaya minyak.
Strategi sanksi dilakukan Trump untuk mencekik ekonomi Venezuela, termasuk ancaman terselubung dari kekuatan militer untuk menggulingkan Maduro. Dia sering memperingatkan bahwa ‘semua opsi ada di atas meja’. Namun, semua itu gagal, dan Maduro tetap berkuasa di istana kepresidenan Miraflores di Caracas.
Di sisi lain, ekonomi adalah kasus yang rumit, dengan rakyat Venezuela mengalami hiperinfl asi dan kekurangan makanan, obat-obatan, dan hampir semua hal, termasuk kebutuhan dasar seperti sabun dan kertas toilet. Orang-orang kelas menengah yang dulu relatif nyaman sekarang melaporkan kelaparan dan kehilangan berat badan. Jutaan orang telah meninggalkan negara itu.
Namun, dengan Biden yang berkuasa, perubahan strategi dapat diharapkan. Juan Gonzalez, yang telah menasihati Biden tentang masalah-masalah Amerika Latin, menulis di Americas Quarterly pada Juli bahwa pemerintahan Biden akan mengambil ‘langkah-langkah serius’ untuk mengatasi kekacauan kemanusiaan Venezuela. ‘Ini juga akan menerapkan sanksi cerdas sebagai bagian dari strategi internasional yang luas untuk memulihkan demokrasi’,
tulisnya.
“Tujuan utama Amerika Serikat di kedua negara haruslah mendorong perubahan demokratis,” ungkap Gonzalez.
Diego Area, Direktur Asosiasi Dewan Atlantik yang berbasis di Washington, mengungkapkan Biden memiliki kesempatan bersejarah untuk memimpin koalisi internasional demi mempromosikan solusi politik bagi Venezuela.
“Akan tetapi, ini tidak akan mudah dan Biden akan membutuhkan dukungan bipartisan di Washington,” kata Area.
“Saya pikir itu bisa dicapai. Butuh waktu. Kami tidak akan melihat perubahan rezim atau transisi demokrasi terjadi dalam jangka pendek,” prediksi Area.
Prospek perubahan
Analis lain, Michael Camilleri dari InterAmerican Dialogue, mengatakan kebijakan Biden terhadap Venezuela akan didasarkan pada kenyataan ketimbang angan-angan yang telah kita lihat di bawah pemerintahan Trump. Kenyataannya adalah bahwa Maduro memimpin kediktatoran yang secara sistematis melanggar hak asasi manusia, dan negara itu terperosok dalam krisis kemanusiaan yang semakin parah.
“Tapi juga kenyataan bahwa bombastis dan ancaman samar dari aksi militer yang kita lihat dari Trump tidak akan menyelesaikan krisis di Venezuela,” kata Camilleri.
Benjamin Gedan, penasihat program Amerika Latin di Wilson Center di Washington, mengatakan sulit untuk optimistis tentang prospek perubahan di Venezuela. Pemerintah Maduro kejam, dan meski tidak kompeten dalam menangani ekonomi, ia terampil menghindari sanksi.
“Maduro masih mendapat dukungan dari sekutu utama seperti Tiongkok, Rusia, Turki, Iran, dan Kuba,” kata Gedan. Selain itu, eksodus jutaan orang Venezuela yang muak mengurangi kemungkinan pemberontakan rakyat untuk menggulingkan Maduro. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved