Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEBUAH studi kolaboratif dipimpin oleh Monash Biomedicine Discovery Institute (BDI) dengan Peter Doherty Institute of Infection and Immunity (Doherty Institute), joint venture antara University of Melbourne dan Rumah Sakit Royal Melbourne, telah menunjukkan bahwa ada obat antiparasit yang sudah tersedia di seluruh dunia yang mampu membunuh virus korona dalam kurun waktu 48 jam.
Dr Kylie Wagstaff dari Monash Biomedicine Discovery Institute, yang memimpin penelitian ini, mengatakan para ilmuwan menunjukkan bahwa obat anti-parasit yang dimaksud yaitu, Ivermectin mampu menghentikan pertumbuhan virus SARS-CoV-2 yang terjadi dalam kultur sel selama kurun waktu 48 jam.
"Kami menemukan bahwa dosis tunggal Ivermectin pada dasarnya dapat membunuh virus jenis RNA dalam jangka waktu 48 jam. Dalam 24 jam pertama bahkan kami menemukan dampak pelemahan yang sangat signifikan," kata Dr. Wagstaff, dalam keterangan resmi, Sabtu (4/4).
Ivermectin merupakan obat anti-parasit yang sudah disetujui FDA dan juga terbukti efektif secara in vitro ampuh dalam mengobati berbagai virus termasuk virus HIV, Dengue (DBD), Influenza, dan Zika.
Dr. Wagstaff mengingatkan bahwa pengujian yang dilakukan masih bersifat in vitro atau masih kultur suatu sel dan masih perlu pengujian lebih lanjut untuk penggunaan dosis terhadap manusia.
"Ivermectin sudah cukup banyak digunakan dan diyakini sebagai obat yang aman. Kita perlu mencari tahu sekarang mengenai takaran dosis yang tepat yang dapat digunakan untuk manusia secara efektif. Itu adalah langkah berikutnya, " kata Dr. Wagstaff.
"Ketika kita sedang mengalami pandemi global dan belum ada sebuah obat medis yang disetujui seperti saat ini, kehadiran sebuah senyawa yang sudah tersedia secara luas dapat menolong banyak orang secara cepat. Hal ini juga didorong dengan keadaan bahwa kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kehadiran vaksin secara luas," tambahnya.
Meskipun cara kerja Ivermectin pada virus corona belum diketahui, berdasarkan reaksinya terhadap virus-virus lain, Dr. Wagstaff menyebut, Ivermectin efektif dalam menghentikan virus yang 'melemahkan sel inang' dan membersihkannya.
Baca juga: Singapura Laporkan Kematian Keenam Covid-19
Penulis pertama dari studi tersebut adalah Dr. Leon Caly yang merupakan dokter dari Rumah Sakit Royal Melbourne. Dr. Caly juga merupakan seorang Ilmuwan Medis Senior di Victorian Infectious Diseases Reference Laboratory (VIDRL) di Institut Doherty, tempat percobaan dengan virus korona hidup dilakukan.
"Sebagai virolog yang merupakan bagian dari tim pertama melakukan isolasi dan membagi kasus SARS-COV2 di luar Tiongkok pada Januari 2020, saya memiliki harapan besar mengenai prospek Ivermectin yang digunakan sebagai obat potensial untuk mengobati penderita covid-19," kata Dr Caly, dalam keterangan yang sama.
Dr Wagstaff sebelumnya sempat melakukan terobosan penemuan terkait Ivermectin pada 2012 ketika dia mampu mengidentifikasi obat dan aktivitas antivirusnya' dengan Profesor David Jans dari Monash Biomedicine Discovery Institute, yang juga menulis makalah ini. Profesor Jans dan timnya telah meneliti Ivermectin selama lebih dari 10 tahun dengan berbagai jenis virus.
Dr Wagstaff dan Profesor Jans mulai meneliti apakah virus itu bekerja pada virus SARS-CoV-2 segera setelah pandemi diketahui dimulai.
"Penggunaan Ivermectin untuk memerangi covid-19 bergantung kepada hasil pengujian praklinis lebih lanjut dan pada akhirnya uji klinis, dengan dana yang sangat dibutuhkan untuk terus memajukan pekerjaan," kata Dr Wagstaff.
Adapun makalah lengkap Dr Wagstaff mengenai penelitian Antiviral Research berjudul: Obat Ivermectin yang disetujui FDA menghambat replikasi SARS-CoV-2 secara in vitro bisa diakses di https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0166354220302011. (RO/A-2)
Studi klinis yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine menemukan obat diabetes mampu melambatkan perkembangan masalah motorik terkait penyakit Parkinson.
Meskipun obat-obatan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan kondisi tersebut, banyak orang mencari alternatif alami untuk mengontrol atau bahkan mengurangi risiko berbagai penyakit.
Salah satu saran, masyarakat juga perlu mewaspadai jika memperoleh skincare yang bertekstur terlalu kental atau lengket.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Obat antinyeri seperti ibuprofen dan allopurinol adalah obat yang sangat merusak ginjal.
Pengidap migrain jangan mengonsumsi obat selama lebih dari 15 hari dalam sebulan karena bisa menyebabkan medication-overuse headache(MOH) atau sakit kepala akibat dosis obat berlebihan.
Hingga saat ini PCR diagnostic test yang telah lulus uji validasi berjumlah 250 kit dari target 50 ribu kit pada akhir Mei
Peneliti menaksir 1 menit berbicara keras menghasilkan lebih dari 1.000 droplet mengandung virus yang akan tetap mengudara selama 8 menit atau lebih dalam ruang tertutup.
Situasi ini memiliki dua konsekuensi pada individu, yakni insomnia atau kantuk berlebihan. Keduanya menyebabkan kerugian fungsional
Di tiap-tiap negara, emisi turun rata-rata 26% saat puncak pembatasan wilayah di negara masing-masing. Namun, itu bersifat sementara karena tidak mencerminkan perubahan struktural
Vitamin K adalah kunci untuk produksi protein yang mengatur pembekuan dan dapat melindungi terhadap penyakit paru-paru.
Tidak ada bukti bahwa virus itu dapat ditularkan oleh serangga pengisap darah yang menyebarkan demam berdarah dan penyakit lain ketika menggigit manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved