Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Instruksi Pemakaman Korban Virus Korona Tuai Kritik

Haufan Hasyim Salengke
09/2/2020 19:15
Instruksi Pemakaman Korban Virus Korona Tuai Kritik
Warga Tiongkok mengenakan masker pelindung saat melintasi kawasan permukiman di Beijing.(Greg Baker/AFP)

OTORITAS kesehatan Tiongkok dikritik bersikap berlebihan, lantaran memerintahkan pemakaman korban virus korona tidak jauh dari lokasi meninggal.

Ahli epidemilogi terkemuka menyebut perintah tersebut sebagai reaksi berlebihan. Pemerintah Tiongkok dipandang tidak perlu mengekang dan menyetop penularan penyakit pneumonia tersebut.

Seperti diberitakan, pemberitahuan yang dikeluarkan Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Tiongkok pada 2 Februari lalu, mewajibkan rumah sakit untuk memberi tahu tempat kremasi ke anggota keluarga. Tetapi, komisi juga menyatakan prosedur dapat diselesaikan jika keluarga almarhum tidak setuju.

"Jika anggota keluarga pasien nCoV-2019 menolak prosedur atau menolak untuk mematuhi, dan lembaga medis, panti kremasi telah gagal meyakinkan mereka untuk melakukannya, maka jenazah dapat dikremasi dengan tanda tangan lembaga medis. Berikut, otoritas keamanan publik yang mengawasi daerah tersebut harus melakukan tindakan yang relevan," bunyi perintah kremasi NHC.

Perintah itu juga melarang upacara pemakaman bagi korban meninggal akibat virus korona. Artinya, ketentuan itu berpotensi menyetop proses berduka dan upacara keagamaan untuk keluarga yang berduka, karena kehilangan orang terkasih.

Baca juga: Pahlawan Virus Korona Berakhir Tragis

"Tidak ada bukti yang menunjukkan virus korona dapat menyebar selama persiapan jenazah untuk dimakamkan," ujar Ronald St John, mantan Direktur Jenderal Centre for Emergency Preparedness and Response di Badan Kesehatan Masyarakat Kanada yang mengelola respons Kanada terhadap wabah SARS 2003, kepada Al Jazeera.

"Ini bukan kasus Ebola yang membutuhkan banyak perawatan untuk dilakukan terkait pembuangan tubuh," pungkas St John. "Mungkin ada alasan praktis di balik keputusan ini. Kremasi cepat dan memakan ruang lebih sedikit dari penguburan standar, jika jumlah yang meninggal relatif besar banyak," imbuhnya.

Hingga Minggu (9/2) ini, setidaknya 811 orang di Tiongkok dinyatakan meninggal akibat virus korona. Sebagian besar korban tinggal di Provinsi Hubei, tempat asal wabah mematikan tersebut.

"Risiko penularan dari droplet jenazah sangat rendah. Ada sejarah panjang ketakutan terhadap mayat selama epidemi terjadi," tutur Hagai Levine, profesor epidemiologi dari Hebrew University-Hadassah School of Public Health di Yerusalem.

Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, mengatakan pihaknya belum memiliki rekomendasi khusus mengenai pemakaman jenazah korban 2019-nCoV. "Kami merekomendasikan mengikuti pedoman nasional dan rumah sakit untuk manajemen mayat penyakit menular," kata Jasarevic dalam sebuah pernyataan.(Aljazeera/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik