Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DARI sebuah jendela di apartemen kecilnya di Montana House, Reynhard Sinaga mengamati calon korbannya yang berseliweran di Princess Street, Manchester, Inggris.
Apartemen yang mayoritas penyewanya ialah mahasiswa setempat, terletak tepat di seberang sebuah klab malam bernama The Factory.
Mayoritas para lelaki yang menjadi korbannya merupakan pengunjung bar tersebut. Mereka biasanya keluar dari bar dalam keadaan mabuk sehabis berpesta.
Setelah mengintai calon korbannya yang kebanyakan berpenampilan menarik, maskulin dan muda, Sinaga langsung bergegas keluar dari kamarnya untuk beraksi.
Salah satu korban bersaksi di pengadilan setempat mengatakan, Sinaga tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang. Sembari tersenyum ramah, Sinaga bertanya kepada lelaki tersebut.
"Apakah kamu baik-baik saja?," ujar anak seorang bankir di Indonesia itu dikutip dari Manchestereveningnews.co.uk
Korban itu menjawab bahwa ia sedikit mabuk.
Sinaga kemudian meyakinkannya untuk beristirahat di apartemennya yang hanya berjarak 30 detik. "Kamu terlalu mabuk. Tidur saja di tempat saya. Aman kok," ujarnya.
Korban yang identitasnya dirahasiakan itu menyetujui tawaran Sinaga.
"Saya setuju menginap di tempatnya karena dia di posisi yang sama dengan saya, mahasiswa muda yang jauh dari rumah. Dia mencoba menolong saya," ujar korban menjelaskan alasannya.
Ketika tiba di apartemen kecil itu, korban disajikan kasur dan selimut dj lantai yang terlihat nyaman. Sinaga kemudian menawarinya segelas air putih yang kemudian diketahui sudah dicampur gamma-hydroxybutyrate (GHB).
Lelaki itu langsung tertidur pulas selama belasan jam dan tidak pernah menyadari dirinya pernah diperkosa Sinaga. Ia kemudian terbangun dalam keadaan telanjang dan melihat Sinaga tengah membaca buku sembari tanpa busana.
Korban lainnya bersaksi tidak sedikitpun mengingat bagaimana ia bisa berakhir tidur di apartemen Sinaga.
"Saya hanya ingat bangun dalam keadaan sakit seperti pernah dibius. Pupil mata saya membesar. Saya coba mengingat-ingat cuplikan bagaimana saya bisa tidur di apartemennya. Saya cuma ingat ketika bangun, (Sinaga) tengah berbaring telanjang di kasurnya," ujar pria yang ketika peristiwa itu terjadi baru saja menikah.
Adapun korban lainnya mengaku keluar dari The Factory untuk mencari rokok. Tiba-tiba ia menyadari baterai handphonenya sudah hampir habis. Di tengah kebingungan bagaimana cara kembali ke kediamannya, Sinaga dengan ramah tiba-tiba menyapanya.
"Saya berkeliling untuk mencari apartemen saya, tapi tidak ketemu juga. Akhirnya saya menyerah dan duduk bersandar di jalan ketika (Sinaga) menghampiriku," ujarnya.
Sinaga lantas menawari bantuan agar pria itu mengisi baterai telepon pintarnya di tempatnya.
Tentu saja bantuan itu ia terima. "Pada titik ini saya akan senang dengan bantuan dari mana saja. Saya sudah putus asa."
Baca juga: Polisi Sebut Reynhard Sinaga Sama Sekali tidak Menyesal
Ia masih mengingat ketika mengisi daya telepon genggamnya sembari bersila di lantai apartemen mahasiswa University of Leeds itu.
Setelah itu, ia pingsan dan terbangun di kasur.
Pertemuannya malam itu dengan Sinaga rupanya membuat pemuda ini terkesan. Bahkan ia menceritakan pengalaman ini kepada temannya.
"Dia orang yang sangat ramah dan baik. Saya tidak punya alasanya untuk mencurigainya sebagai orang jahat," tandasnya kepada juri pengadilan.
Zed Ali, inspektur kepolisian yang menyidik kasus ini mengatakan, Sinaga merupakan pemburu yang mengintai korbannya sejak Januari 2015-Juni 2017. Metodenya selalu sama, yakni mengintai calon korban dari jendela kamarnya.
"Dia mengamati korban lalu menghampiri mereka. Saya tidak menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi. (Pol)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved