Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
SERANGAN mematikan yang dilancarkan kelompok militan kembali terjadi di wilayah Sahel Afrika, tepatnya di utara Burkina Faso pada Selasa (24/12) waktu setempat. Serangan ganda yang terjadi di pos militer dan wilayah pemukiman penduduk di kota Arbinda, Provinsi Soum tersebut menewaskan 35 warga sipil, 7 tentara Burkina Faso, dan 80 penyerang.
Serangan tersebut menjadi salah satu yang paling mematikan dalam hampir lima tahun bentrokan di negara Afrika Barat itu.
Serangan pada pagi itu dilakukan oleh puluhan gerilyawan bersenjata api yang berkendara sepeda motor dan berlangsung selama beberapa jam. Akhirnya pasukan pemerintah Burkina Faso berhasil memukul mundur kembali para militan.
“Sekelompok besar teroris serentak menyerang pangkalan militer dan penduduk sipil di Arbinda,” ungkap Kepala Staf Angkatan Darat Burkina Faso.
Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan itu. Namun kekerasan yang dilakukan oleh kelompok militan di Burkina Faso kerap dikaitkan dengan gerilyawan yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda dan kelompok Islamic State.
Presiden Burkina Faso, Roch Marc Christian Kabore, mengatakan dari 35 warga sipil yang tewas, sebagian besar merupakan perempuan.
“Serangan biadab ini mengakibatkan kematian 35 korban sipil, kebanyakan dari mereka adalah wanita. Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban” tulis Kabore di Twitter, Rabu (25/12).
Kabore memuji keberanian dan komitmen pasukan pertahanan dan keamanan Burkina Faso yang berhasil memukul mundur serangan besar tersebut. Ia menyebut tindakan pasukan keamanan tersebut sebagai aksi heroik.
Kabore kemudian mendeklarasikan hari berkabung nasional selama dua hari di seluruh wilayah Burkina Faso untuk mengenang wafatnya para korban.
Sejauh ini serangan-serangan tersebut juga telah mencoreng nama pasukan G5 Sahel, yakni sebuah pasukan yang tercipta dari kerja sama lima negara, yakni Burkina Faso, Mali, Mauritania, Niger dan Chad.
Pasukan beranggotakan 5.000 tentara yang dibentuk pada 2014 lalu itu bertujuan untuk mengatasi ancaman kelompok militan dan menciptakan perdamaian di kawasan tersebut. (AFP/Uca/Hym/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved