Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Diaspora Uighur Soroti Kamp Reedukasi

Mediaindonesia
02/8/2019 04:20
 Diaspora Uighur Soroti Kamp Reedukasi
Klaim Tiongkok pada 30 Juli 2019 bahwa "sebagian besar" tahanan telah dibebaskan dari kamp pendidikan ulang di wilayah Xinjiangnya((Photo by GREG BAKER / AFP) )

TIONGKOK mengklaim sebagian besar etnik minoritas muslim Uighur yang ditahan di kamp-kamp reedukasi di wilayah Xinjiang telah dibebaskan. Namun, diaspora Uighur menyatakan skeptis dengan klaim itu.

Guly Mahsut, seorang Uighur yang berbasis di Kanada, mengatakan klaim Tiongkok tidak benar. "Sepupu saya, teman saya sesama pemandu wisata, dan suami teman saya, mereka masih di kamp," kata pria 37 tahun itu.

Mashut dan teman-teman diasporanya lantas meluncurkan kampanye di media sosial yang menantang Beijing untuk membuktikan klaim mereka. Tagar #Provethe90% sebagai tanggapan pernyataan Ketua Xinjiang, Shohrat Zakir menggema di Twitter. Sebelumnya, Zakir mengatakan kepada wartawan, "Lebih dari 90% dari mereka telah kembali ke masyarakat."

Kicauan yang dibubuhi tagar tersebut menyertakan foto dari teman dan keluarga mereka yang hilang dan tidak dapat dihubungi.

Seorang mahasiswa Uighur di Amerika Serikat bernama Arfat Erkin membuat kicauan tentang ayahnya menggunakan tagar #Provethe90%. "Tiongkok tidak perlu mengatakan bahwa mereka membebaskan banyak tahanan jika mereka benar-benar melakukannya." Menurutnya, yang dibutuhkan ialah memberi wartawan akses normal ke kamp-kamp itu dan memberikan izin resmi bagi warga Uighur untuk menghubungi kerabat mereka di luar negeri.

Saat ditanya tentang skeptisme, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan ia tidak mengetahui jumlah spesifik orang yang telah meninggalkan pusat-pusat itu.

Dia mengatakan kondisi di Xinjiang jauh berbeda dari apa yang digambarkan media Barat. Ia juga menambahkan bahwa Tiongkok telah mengatur perjalanan ke kawasan itu untuk diplomat dan wartawan asing.

Namun, dalam perjalanan enam hari ke wilayah itu bulan lalu, wartawan AFP hampir selalu diikuti orang-orang berpakaian preman. Mereka juga menghadapi penghalang jalan dan diusir pasukan keamanan saat mendekati beberapa kamp.

Sementara itu, Direktur Amnesty International untuk Asia Timur, Nicholas Bequelin, menganggap sulit memverifikasi klaim Tiongkok.

"Tiongkok membuat pernyataan yang menipu dan tidak dapat diverifikasi dalam upaya sia-sia untuk menghilangkan kekhawatiran dunia terhadap penahanan massal warga Uighur dan anggota etnik minoritas lainnya di Xinjiang," ujar Bequelin. Dia mengatakan Amnesty belum menerima laporan tentang pembebasan berskala besar. (AFP/*/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya