Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PEROMBAKAN posisi kepemimpinan Uni Eropa mendorong pejabat keuangan dunia mencari pemimpin baru Dana Moneter Internasional (IMF), dua tahun lebih cepat dari jadwal.
Setelah Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dicalonkan sebagai pemimpin Bank Sentral Eropa, dirinya harus melepaskan jabatan yang dipegang sejak 2011.
Kepemimpinan Lagarde dalam IMF dikenal berhasil memulihkan ketertiban keuangan global pascakrisis.
Akan tetapi, sosok pengganti Lagarde kemungkinan besar memiliki latar belakang serupa, yakni berasal dari Eropa. Pola tersebut sudah berlangsung sejak IMF diciptakan setelah Perang Dunia II, dengan tujuan mengatasi krisis global melalui penyaluran dana talangan.
Di lain sisi, negara-negara berkembang terus menyuarukan lebih banyak perwakilan mereka di lembaga keuangan utama. Hal itu untuk mencerminkan peningkatan kapasitas negara-negara berkembang dalam perekonomian global.
Baca juga: Lagarde Dinominasikan Jadi Presiden Bank Sentral Eropa
Awal tahun ini, David Malpass dari Amerika Serikat (AS), dipilih sebagai pemimpin Bank Dunia, yang menunjukkan aturan tidak tertulis sulit berubah.
"Dengan kemudahan AS mempertahankan duopoli, artinya kalangan Eropa pasti ingin mempertahankan posisi mereka," ujar mantan pejabat Kementerian Keuangan AS Mark Sobel.
Sumber pemerintahan Prancis juga mengamini kandidat pemimpin IMF harus berasal dari Eropa.
Lima dari sebelas pemimpin IMF merupakan warga negara Prancis dan mereka menjadi yang terlama dalam sejarah 75 tahun lembaga keuangan tersebut.
Kandidat awal yang digadang-gadang menggantikan posisi Lagarde, adalah Kepala Bank Prancis Francois Villeroy de Galhau, Komisaris Keuangan Uni Eropa asal Prancis Pierre Moscovi, dan seorang warga Kanada memegang kewarganegaraan Inggris dan Irlandia Mark Carney.
Sosok yang memiliki peluang besar lainnya adalah Kristalina Georgieva, yang sempat menjadi pemimpin Bank Dunia sebelum Malpass terpilih.
Ekonomi negara-negara maju menjadi pusat krisis keuangan global 2008. Para pemimpin G20 kemudian sepakat bahwa negara-negara berkembang utama, seperti Tiongkok, India dan Brasil, harus memiliki perwakilan yang lebih besar di lembaga multinasional. Termasuk, dalam peran kepemimpinan.
Namun, begitu jabatan puncak IMF dibuka pada 2011, mayoritas negara-negara Eropa menolak usulan tersebut. Apalagi saat itu Eropa mengalami krisis, yang ditandai jatuhnya perekonomian Yunani. Kalangan Eropa menilai waktunya tidak tepat. (AFP/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved