Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN Tiongkok, Xi Jinping, mengalami kemunduran dalam kekuasaannya yang ditandai dengan ditundanya rancangan undang-undang ekstradisi di Hong Kong, menyusul aksi protes besar-besaran. Namun, kalangan analis berpendapat, Beijing masih dapat membalas dengan memperketat cengkeramannya terhadap wilayah semiotonom tersebut.
Setelah mengonsolidasikan kekuatan dan memperketat kekuasaannya kepada masyarakat sipil di Tiongkok sejak 2012, Xi tampaknya tidak terbiasa dengan tantangan seperti itu.
Xi mengukuhkan statusnya sebagai pemimpin Tiongkok paling kuat sejak Mao Zedong. Tepatnya, ketika parlemen Tiongkok menghapus masa jabatan presiden mulai tahun lalu.
“Ini merupakan penolakan besar-besaran terhadap ide bahwa Hong Kong pada akhirnya akan dikuasai penuh oleh Tiongkok. Partai di bawah Xi menjadi lebih khawatir. Itu tentu bukan hanya penolakan terhadap Xi, melainkan juga terhadap partai secara keseluruhan,” tutur penerbit Sinocism China Newsletter, Bill Bishop.
Sebelumnya, ratusan ribu pengunjuk rasa sejak pekan lalu telah memenuhi sejumlah ruas jalan utama di Hong Kong.
Mereka menyerukan pengunduran diri Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, yang dianggap pro-Tiongkok. Padahal, Lam telah menangguhkan rancangan undang-undang ekstradisi yang memungkinkan warga Hong Kong dibawa ke Tiongkok.
Walaupun Lam menawarkan konsesi langka itu, dia berhenti berkomitmen secara permanen untuk membatalkan regulasi kontroversial.
Sikap Lam itu dengan cepat menuai protes para demonstran. Mereka mendesak pengunduran diri Lam serta membatalkan RUU tersebut.
“Ini merupakan kekalahan bagi Xi Jinping. Banyak pihak tidak percaya Carrie Lam akan bertindak atas kemauannya sendiri. Dengan memulai sesuatu yang bahkan tidak diatur dalam Undang-Undang Dasar,” pungkas profesor bidang ilmu politik di Universitas Notre Dame, Victoria Hui.
“Penangguhan RUU ekstradisi menunjukkan para pemimpin Tiongkok merasa khawatir terhadap dampak potensial dari gerakan protes di Hong Kong terhadap kekuasaan mereka,” tambah profesor dari Hong Kong Baptist University, Jean-Pierre Cabestan.
Dukungan Tiongkok
Di sisi lain, Tiongkok kembali menekankan dukungannya terhadap Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam.
Lam resmi menjabat sebagai Kepala Eksekutif Hong Kong pada maret 2017 dengan dukungan komite yang dipenuhi loyalis Beijing. Sebelumnya, Tiongkok mendukung keputusan Lam untuk menunda RUU tersebut. Mereka menilai langkah itu bertujuan menampung berbagai pandangan dan memulihkan ketenangan.
“Pemerintah pusat akan terus mendukung kepala eksekutif dan berbagai upaya pemerintah daerah administratif khusus untuk memerintah sesuai ketentuan hukum,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lu Kang, dalam pengarahan rutinnya.
“Protes yang terjadi tidak sejalan dengan pendapat umum di Hong Kong. Banyak fakta menunjukkan pemerintah asing dan beberapa politikus membuat pernyataan yang menghasut sejak keputusan pemerintah Hong Kong untuk membentuk rancangan aturan ekstradisi,” pungkas Lu. (AFP/X-11)
Koleksi busana muslim ini dirancang dengan desain bermotif yang terisnpirasi dari bunga peoni yang melambangkan keanggunan dan motif tepi geometris yang mempunyai vibes oriental.
HKFDW, yang akan diselenggarakan mulai dari 2024 dan seterusnya, bertujuan mewujudkan ekosistem yang dinamis untuk kreativitas, pengembangan bisnis, dan pertukaran budaya.
Saat berkunjung ke Hong Kong, jangan lewatkan kesempatan mencicipi Pineapple Bun (bo lo bao) dan Mango Mochi, dua camilan ikonik.
Berikut ini 8 rekomendasi tempat wisata Hong Kong yang wajib dikunjungi menurut Hongkong Tourism Board (HKTB).
Saat ini, Hong Kong sedang berusaha meningkatkan pengalaman untuk wisatawan mulslim yang ingin berlibur ke sana dengan memberikan pelayanan yang ramah muslim.
Merasakan sensasi berolahraga sembari menikmati udara musim gugur dengan pemandangan bangunan pencakar langit di pusat kota Hong Kong
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved