Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEDIKITNYA 30 orang imigran asal Venezuela dinyatakan hilang setelah kapal cepat yang mereka tumpangi tenggelam dalam perjalanan menuju Curacao, sebuah pulau di Karibia milik Belanda.
Hal itu diungkapkan seorang anggota parlemen oposisi Venezuela, Luis Stefanelli, pada Selasa waktu setempat. Kapal cepat itu berangkat dari desa Aguide di Falcon, negara bagian Venezuela, pada Jumat lalu. Adapun jumlah penumpang diperkirakan 30-35 orang.
"Tidak ada yang menghubungi keluarga imigran. Itu membuat kami takut akan kemungkinan terburuk," ujar Stefanelli.
Sejauh ini, otoritas berwenang belum memberikan tanggapan mengenai insiden tersebut.
Seorang penjaga pantai di Pulau Karibia mengaku menemukan jasad seorang pria yang mengenakan jaket penyelamat di sekitar Teluk Bullenbaai, Curacao. Namun, masih belum jelas apakah pria tersebut merupakan salah satu penumpang dari kapal cepat yang tenggelam tersebut.
Ini merupakan kasus ketiga kapal pembawa imigran asal Venezuela yang tenggelam. Sejak bulan lalu, total 80 orang imigran dinyatakan hilang. Dua kapal sebelumnya bertujuan ke Trinidad dan Tobago.
"Mereka (para imigran) ialah orang-orang yang putus asa sehingga rela menjual seluruh barang. Mereka pergi tanpa membawa apa pun," tukas Stefanelli.
Anggota parlemen oposisi lainnya, Robert Alcala, mengatakan sekitar 29 orang menjadi korban dalam peristiwa tenggelamnya kapal pada 19 Mei lalu. Alcala juga melaporkan kapal yang membawa 33 orang imigran tenggelam pada 25 April.
Berdasarkan penuturan keluarga korban, setiap imigran harus membayar US$400 untuk melintas. Padahal, upah minimum di Venezuela hanya berkisar US$6,50 per bulan akibat hiperinflasi.
Negara Amerika Latin itu memang mengalami krisis ekonomi dan politik berkepanjangan. Rakyat Venezuela kini menderita karena kekurangan suplai bahan pokok, seperti makanan dan obat-obatan.
PBB menyatakan seperempat dari 30 juta penduduk Venezuela membutuhkan bantuan kemanusiaan. Pekan lalu, PBB menyebut lebih dari 3,3 juta orang telah meninggalkan Venezuela dalam tiga tahun terakhir.
Di lain sisi, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza menuding PBB sengaja menggembungkan data yang dirilis. (AFP/Tes/X-11)
Pencegahan terhadap Nadiem dilakukan sampai enam bulan ke depan. Tujuannya untuk memperlancar proses penyidikan.
Operasi penangkapan massal yang dilakukan pemerintahan Trump juga telah menciptakan rasa takut di tengah komunitas imigran.
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
Gelombang unjuk rasa menentang razia imigrasi terus menyebar ke sejumlah kota besar di Amerika Serikat.
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
AKSI protes besar-besaran terkait penggerebekan imigrasi di Los Angeles menjadi ujian serius bagi kepemimpinan Gubernur California Gavin Newsom.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved