Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
WARGA Venezeula di berbagai wilayah terpaksa antre selama berjam-jam, untuk mendapatkan bahan bakar. Negara Amerika Selatan tengah dilanda krisis bahan bakar, sebagai dampak penurunan impor minyak dan penghentian operasi kilang pengolahan terbesar.
Kekurangan pasokan bahan bakar merupakan peristiwa berkala di negara anggota OPEC. Terutama di wilayah perbatasan yang marak kasus penyelundupan bahan bakar ke negara tetangga. Apalagi perusahaan minyak milik negara, PDVSA, memberikan subsidi berlimpah.
Baca juga: Mendag Optimistis IC-CEPA Dongkrak Perdagangan Indonesia-Cile
Dalam beberapa hari terakhir, antrean di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar wilayah barat dan selatan, termasuk dekat perbatasan Tachira, Zulia dan Bolivar, lebih lama dari biasanya, hingga di atas lima jam. Antrean mengular juga terlihat di negara bagian Carabobo dan Aragua, yang berbatasan dengan ibukota Caracas, setelah pusat penyimpanan regional kehabisan stok bahan bakar.
"Antrean sudah sangat keterlaluan. Padahal negara ini penghasil minyak bumi," ujar Mario Garcia, yang mengantre lebih dari satu jam untuk mengisi bahan bakar di Puerto Cabello.
Sebelumnya, rakyat Venezuela harus bertahan di tengah hiperinflasi dan kekurangan suplai bahan pokok. Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan sanksi keras terhadap sektor energi Venezuela, yang memangkas ekspor minyak mentah. Pemerintahan Nicolas Maduro pun berjuang untuk mengimpor bahan bakar. Dalam hal ini, Washington mengakui pemimpin oposisi, Juan Guaido, sebagai presiden interim Venezuela. Maduro dinilai melakukan kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) tahun lalu.
Impor bahan bakar minyak PDVSA turun hingga 86 ribu barel per hari (bp) pada pertengahan Mei, atau hampir sepertiga dari tingkat rata-rata periode April. Berbagai sumber menyebut Venezuela tidak mengimpor kargo bahan bakar minyak sejak 31 Maret. Selain itu, kilang minyak Cardon milik PDVSA berkapasitas 310 ribu bph telah berhenti beroperasi. Para pekerja mengungkapkan terjadi kerusakan pada beberapa unit kilang. Hanya tersisa dua kilang yang beroperasi di Venezuela.
Baik manajemen PDVSA maupun Kementerian Perminyakan Venezuela, enggan memberikan komentar. Dari Puerto Cabello ke kota industri timur Puerto Ordaz, sejumlah pengendara mendesak pemerintahan Maduro segera mengatasi krisis bahan bakar.
"Kekacauan ada dimana-mana. Sekarang warga kesulitan mendapatkan bahan bakar. Saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi, harusnya ada perubahan," pungkas Oswaldo Ruiz, yang keluar dari mobilnya karena tidak tahan mengantre.
Baca juga: Pilar Arsitektur Modern itu Tutup Usia
Berbeda di Caracas, tanda krisis bahan bakar tidak terlalu meluas. Pasalnya, Maduro memprioritaskan pengiriman suplai bahan abakar ke ibukota Venezuela. Bahkan, sejumlah kapal tanker dari wilayah lain terpaksa dialihkan ke kota yang menampung 6 juta penduduk, atau seperlima dari populasi negara tersebut.
"Segala sesuatu menjadi rumit di sini. Tetapi tidak dengan penduduk Caracas yang kondisinya lebih baik daripada kota-kota lain," lirih Franco Arase.(Channelnewsasia/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved