Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Penasihat Kerajaan Saudi Absen di Pengadilan Khashoggi

Denny Parsaulian Sinaga
28/4/2019 20:30
Penasihat Kerajaan Saudi Absen di Pengadilan Khashoggi
Khashoggi tampak dalam spanduk(Yasin AKGUL / AFP)

MANTAN penasihat hukum kerajaan Saud al-Qahtani yang diduga terlibat dalam pembunuhan Khashoggi tidak hadir dalam persidangan.

Salah satu dari dua pejabat tinggi Kerajaan Saudi yang terkait dengan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi tidak hadir dalam persidangan tertutup terhadap 11 tersangka.

Jaksa penuntut Saudi telah mengatakan bahwa Wakil Kepala Intelijen Ahmed al-Asiri mengawasi pembunuhan kolumnis Washington Post di konsulat Istanbul pada Oktober lalu dan dia dinasihati oleh penasihat hukum kerajaan Saud al-Qahtani.

Kedua orang ini adalah bagian dari lingkaran dalam Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman. Keduanya secara resmi dipecat atas pembunuhan tersebut. Tetapi hanya al-Asiri yang muncul dalam lima sidang pengadilan sejak Januari.

"Qahtani tidak termasuk di antara 11 pengadilan yang menghadapi," kata sumber yang juga salah satu pejabat Barat kepada AFP. "Apa artinya ketidakhadirannya? Apakah Saudi ingin melindunginya atau mendisiplinkannya secara terpisah? Tidak ada yang tahu."

Jaksa penuntut umum kerajaan November lalu mendakwa 11 tersangka yang tidak disebutkan namanya, termasuk lima yang bisa bakal mendapat hukuman mati atas pembunuhan tersebut.

Para diplomat dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB, AS, Inggris, Prancis , Tiongkok, Rusia, serta Turki diizinkan hadir sebagai pengamat dalam proses hukum yang sepenuhnya dilakukan dalam bahasa Arab itu.

"Yang hadir tidak diizinkan membawa penerjemah dan jika ada biasanya dipanggil dalam waktu singkat," kata sumber itu.

Maher Mutreb, seorang agen intelijen yang sering bepergian dengan putra mahkota, lakar forensik Salah al-Tubaigy dan Fahad al-Balawi, seorang anggota pengawal kerajaan Saudi, termasuk di antara 11 yang diadili dapat menghadapi hukuman mati.

Para terdakwa diizinkan didampingi penasihat hukum.

Tetapi banyak dari mereka membela diri di pengadilan dengan mengatakan bahwa mereka melaksanakan perintah al-Asiri. Mereka menggambarkannya sebagai biang keladi operasi.

"Al-Asiri, yang dianggap penting dalam jajaran militer Saudi sebagai pahlawan perang, tidak menghadapi hukuman mati," tambah para pejabat Barat.


Baca juga: Uskup Sri Lanka Gelar Misa Privat, Warga Menonton via Televisi


Diyakini sebelumnya dia telah bekerja erat dengan intelijen AS, ia juga tidak disebutkan dalam dua daftar sanksi AS teradap warga Saudi yang terlibat dalam pembunuhan itu.

Al-Qahtani, yang memimpin kampanye media sosial yang berapi-api melawan kritik terhadap kerajaan dipandang sebagai penghubung bagi putra mahkota, ada di daftar sanksi AS.

"Dia bertemu tim regu pembunuh Saudi sebelum mereka berangkat ke Turki untuk berbagi informasi berguna terkait misi berdasarkan spesialisasi di media," menurut kantor kejaksaan Saudi.

Tapi dia belum muncul di depan umum sejak pembunuhan dan keberadaannya saat ini adalah subyek spekulasi.

Kolumnis Washington Post David Ignatius melaporkan awal tahun ini bahwa Pangeran Mohammed terus mencari penasihatnya itu. Ignatius mengutip sumber-sumber AS dan Saudi.

"Qahtani menyimpan banyak file dan dokumen," kata Ignatius mengutip seorang Amerika yang bertemu putra mahkota.

CIA telah melaporkan bahwa pembunuhan itu kemungkinan diperintahkan oleh Pangeran Mohammed, penguasa de facto dan pewaris takhta.

Pihak berwenang Saudi membantah keras tuduhan itu dan dalam percakapan pribadi dengan para pejabat Barat, mereka malah mengkritik pihak berwenang Turki karena gagal menghentikan pembunuhan itu.

"Mereka tahu bahwa regu pembunuh (Saudi) akan datang. Mereka harusnya bisa menghentikan mereka!" kata seorang pejabat Saudi seperti dikutip.

Pejabat Turki adalah yang pertama melaporkan pembunuhan Khashoggi dan terus menekan Arab Saudi untuk informasi tentang keberadaan mayatnya yang sudah dipotong-potong, yang belum ditemukan.

Agnes Callamard, pelapor khusus PBB yang melakukan penyelidikan independen atas pembunuhan itu, bulan lalu mengutuk apa yang disebutnya kurang transparan dalam proses hukum dan menuntut pengadilan terbuka.

"Kerajaan itu sangat keliru jika percaya bahwa proses ini seperti yang saat ini dilakukan, akan memuaskan masyarakat internasional," katanya.

Tidak jelas kapan persidangan Saudi akan berakhir. (AFP/Aljazeera/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya