Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Kremlin Fokus Bahas Denuklirisasi Semenanjung Korea

Denny Parsaulian
25/4/2019 11:59
Kremlin Fokus Bahas Denuklirisasi Semenanjung Korea
Pemimpin Korea Utaram Kim Jong-un (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin(AFP/SERGEI ILNITSKY)

BENDERA Rusia dan Korea Utara (Korut) berkibar di tiang lampu di Pulau Russky, Vladivostok. Di pulau itu, pertemuan puncak Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korut Kim Jong-un akan diadakan di kampus universitas setempat.

Pembicaraan itu diadakan berdasarkan undangan berulang dari Putin sejak Kim memulai serangkaian tawaran diplomatik tahun lalu.

Sejak Maret 2018, pemimpin Korut yang tertutup itu telah mengadakan empat pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, tiga pertemuan dengan Presiden Korsel Moon Jae-in, dan dua pertemuan dengan Trump serta satu dengan presiden Vietnam.

Kremlin mengatakan fokus pembicaraan akan pada bagaimana cara menemukan solusi politik dan diplomatik untuk masalah nuklir di Semenanjung Korea. Namun tidak ada pernyataan bersama atau penandatanganan perjanjian yang direncanakan.

Baca juga: Galang Dukungan, Kim Jong-un Tiba di Rusia

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Rabu (24/4), mengatakan perundingan enam negara mengenai program nuklir Korut yang diluncurkan pada 2003 dengan partisipasi Korea Utara dan Selatan, Tiongkok, Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat, tetap menjadi pilihan terbaik untuk menemukan solusi.

"Saat ini tidak ada mekanisme internasional lain yang efektif," kata Peskov kepada wartawan. "Di sisi lain, semua upaya patut mendapat dukungan jika mereka benar-benar mengejar tujuan denuklirisasi dan menyelesaikan masalah kedua Korea."

Moskow adalah pendukung penting Pyongyang selama beberapa dekade dan hubungan mereka berawal saat Korut, ketika Uni Soviet mengangkat kakek Kim, Kim Il-sung sebagai pemimpin.

Uni Soviet mengurangi dana ke Korut ketika mulai mencari rekonsiliasi dengan Seoul pada 1980-an. Tetapi Pyongyang sangat terpukul oleh kehancurannya pada 1991.

Segera setelah terpilih pertama kali sebagai Presiden Rusia, Putin berusaha menormalkan hubungan dan bertemu Kim Jong-il, yang juga ayah KIm, dan pemimpin Korut terdahulu. Putin tiga kali bertemu, termasuk pertemuan 2002 yang juga diadakan di Vladivostok.

Sejak itu, Tiongkok juga telah memperkuat perannya sebagai sekutu terpenting Korut yang terisolir, mitra dagang terbesar, dan pemasok bahan bakar krusial. Para analis mengatakan Kim kemungkinan ingin menyeimbangkan pengaruh Beijing.

Sementara hubungan antara Moskow dan Pyongyang tetap ramah, pertemuan terakhir antara para pemimpin mereka terjadi pada 2011. Saat itu Kim Jong-il mengatakan kepada presiden Rusia saat itu, Dmitry Medvedev, bahwa dia siap untuk meninggalkan pengujian nuklir. (AFP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya