Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KOREA Utara hampir menyelesaikan pembangunan situs roket jarak jauh, yang sebelumnya dijanjikan untuk ditutup. Hal itu diungkapkan anggota parlemen Korea Selatan, setelah mengikuti pertemuan tertutup dengan pejabat intelijen Korea Selatan.
Klaim tersebut muncul sekitar satu bulan pasca perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) putaran kedua antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara di Hanoi, Vietnam. Pertemuan yang dihadiri Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, berakhir tanpa kesepakatan. Situasi yang mempertajam perbedaan antara kedua negara mengenai denuklirisasi penuh Korea Utara.
Baca juga: Jurnalis Filipina Maria Ressa Kembali Ditangkap
Tak lama setelah berakhirnya KTT Hanoi, serangkaian gambar satelit menunjukkan peningkatan akivitas di situs roket Sohae. Bukti itu memicu alarm internasional, bahwa negara bersenjata nuklir kemungkinan tengah mempersiapkan peluncuran jarak jauh atau ruang angkasa.
"Korea Utara mulai membangun kembali situs yang sebagian besar dibongkar Juli lalu. Pekerjaan mereka hampir selesai, dengan beberapa kegiatan pemeliharaan yang masih berlangsung," ungkap anggota parlemen Korea Selatan, Kim Min-ki, kepada wartawan.
Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melarang Korea Utara melakukan peluncuran ruang angkasa. Sebab, beberapa teknologi yang digunakan mirip dengan rudal balistik antar benua, yakni ICBM. Awal bulan ini, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menyatakan ada aktivitas yang disengaja dan terarah di situs peluncuran roket Sohae.
Penilaian terbaru yang dikeluarkan Seoul berpotensi mematahkan komitmen Kim, yang sebelumnya sepakat untuk menutup situs Sohae pada pertemuan dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, di Pyongyang tahun lalu. Para pengamat kerap mengingatkan peluncuran jenis apapun dapat mengacaukan perundingan denuklirisasi.
"Tindakan Korea Utara bisa menjadi bencana," tukas penasihat khusus presiden untuk keamanan internasional, Moon Chung-in. Korea Utara disinyalir juga mengoperasikan fasilitas pengayaan uranium di kompkel nuklir Yongbyon.
Baca juga: Penyelidikan Kecelakaan Ethiopian Airlines Capai Kesimpulan Awal
Sebagai akhir dari pertemuan puncak di Hanoi, Pyongyang dan Washington cenderung saling menyalahkan atas sikap keras kepala pemimpin kedua negara. Korea Utara mengklaim pihaknya telah mengusulkan pembongkaran kompleks Yongbyon, sebuah situs luas yang mencakup berbagai fasilitas. Usulan itu merupakan kompensasi pencabutan sanksi ekonomi yang mengisolasi Korea Utara.
Di lain sisi, para pejabat pemerintah AS menyatakan tidak mendapat informasi jelas mengenai fasilitas di komplek Yongbyon, yang mau dibongkar Korea Utara. Adapun Trump menekankan senjata yang dimaksud harus berada di atas meja perundingan. (AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved