Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PERDANA Menteri Inggris Theresa May, Rabu (27/3), menawarkan pengunduran dirinya dalam upaya terakhir mendorong parlemen untuk mendukung kesepakatan Brexit yang ditawarkannya.
Hal itu dilakukan May setelah parlemen Inggris gagal mengakhiri deadlock terkait Brexit yang menyebabkan 'Negeri Ratu Elizabeth' itu mengalami krisis.
Kehabisan opsi dan berisiko kehilangan kendali proses Inggris meninggalkan Uni Eropa, May secara dramatis mengumumkan dirinya siap mengundurkan diri jika anggota parlemen Inggris mendukung kesepakatan Brexit yang disiapkannya.
Tawaran itu disampaikan May beberapa jam sebelum parlemen Inggris melakukan serangkaian voting dalam upaya mencari rencana alternatif Brexit. Namun, hasil voting itu malah semakin memperlihatkan perpecahan di tubuh parlemen Inggris.
Tidak satu pun dari delapan proposal yang diajukan sukses meraih dukungan mayoritas. Hasil itu, ujar Menteri Brexit Steve Barclay, memperkuat pandangan pemerintahan May bahwa opsi milik mereka adalah yang terbaik.
Baca juga: Parlemen Inggris Cari Strategi Baru Brexit
Parlemen Inggris telah dua kali menolak tawaran Brexit dari May, keduanya dengan suara mayoritas. Pada Rabu (27/3), May memberikan tawaran yang diduga sebagai tawaran terakhir.
"Saya tahu ada keinginan untuk sebuah pendekatan baru dan kepemimpinan baru di fase kedua negosiasi Brexit. Karenanya, saya tidak akan menghalangi," ujar May.
"Namun, yang pasti, kita harus mencepai kesepakatan dan mewujudkan Brexit. Saya siap melepaskan jabatan saya agar mendapatkan yang terbaik untuk negara ini," imbuhnya.
May mencapai kata sepakat dengan Uni Eropa pada pekan lalu untuk menunda Brexit terkait kekhawatiran Inggris akan menghadapi bencana 'tidak ada kesepakatan' pada Jumat (29/3).
Jika usulan May diterima Parlemen, Brexit akan terjadi pada 22 Mei. Jika tidak, May harus kembali ke Brussels sebelum 12 April untuk menjelaskan apa yang terjadi. (AFP/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved