Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KELOMPOK pembangkang gelap Korea Utara mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Kedutaan Pyongyang di Madrid, ibu kota Spanyol, bulan lalu. Namun, mereka menepis tudingan bahwa serangan di komplek diplomatik melibatkan penyusup bersenjata.
Pertahanan Sipil Cheollima, sebuah organisasi rahasia bertujuan menggulingkan rezim pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, juga membantah keterlibatan pemerintah asing dalam operasi tersebut. Pun, mereka membantah keterkaitan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara di Hanoi, Vietnam, yang berlangsung beberapa hari setelah serangan.
Baca juga: Indonesia Kecam Kekerasan Israel di Palestina
"Itu bukan serangan. Kami bereaksi terhadap situasi mendesak di kedutaan Madrid. Kami diundang ke kedutaan, namun bertentangan dengan laporan. Tidak ada yang dibungkam atau dipukuli. Kami menghormati negara tuan rumah Spanyol. Tidak ada senjata yang digunakan. Semua penghuni kedutaan diperlakukan dengan baik dan hati-hati. Tidak ada pemerintah lain yang terlibat, atau mengetahui aktivitas kami," bunyi pernyataan yang dikeluarkan CCD.
"Kami mempunyai bukti untuk memverifikasi akun kami. Itu untuk melindungi mereka yang mencari bantuan dan pihak yang mengambil risiko besar untuk melindungi orang lain. Kami tidak bisa berbagi informais lebih banyak terkait peristiwa tersebut. Karena kami terlibat dalam pekerjaan yang sangat sensitif," lanjut pernyataan tersebut.
Keterangan itu dikeluarkan beberapa jam setelah seorang hakim Spanyol menyebut FBI telah dihubungi salah satu terduga penyusup, yang melakukan serangan misterius di Kedutaan Korea Utara di Madrid bulan lalu. Terduga itu menawarkan data curian yang diambil dari serangan di luar kewajaran.
Hakim Jose de la Mata mencabut sebuah surat keputusan rahasia mengenai penyelidikan serangan pada 22 Februari. Berdasarkan dokumen Pengadilan Tinggi Spanyol, surat tersebut memberikan laporan mengenai apa yang terjadi sebelum, selama dan setelah serangan. Dugaannya, peristiwa serangan itu dilakukan 10 orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai gerakan hak asasi manusia untuk pembebasan Korea Utara. Namun, dokumen pengadilan tidak secara khusus menyebutkan CCD.
Lima hari pasca serangan, FBI dihubungi pemimpin kelompok yang diduga seorang warga AS. Sosok tersebut memberikan informasi mengenai insiden di kedutaan, serta bahan audiovisual yang diperoleh selama penggerebekan. "Orang itu mengatakan tindakannya dilakukan atas kehendak sendiri. Dia melakukan serangan bersama dengan sekelompok orang tak dikenal," masih dari dokumen tersebut.
Sejauh ini, hakim meyakini para penyusup yang diidentifikasi, termasuk warga negara AS dan Korea Selatan, melakukan perjalanan ke AS setelah melakukan serangan. Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Robert Paladino, menegaskan pemerintah AS tidak berkaitan dengan serangan di kedutaan. Dia menekankan AS selalu menyerukan perlindungan terhadap kedutaan besar yang mencakup dalam misi diplomatik global.
FBI masih enggan memberikan komentar. CCD menyatakan informasi yang dibagikan kepada FBI berlandaskan sukarela, namun ada permintaan dari biro tersebut. "Belum ada informasi mengenai serangan Madrid yang dibagikan kepada pihak manapun, dengan harapan mendapaatkan imbalan. Organisasi ini membagikan informasi tertentu dengan nilai potensial yang sangat besar kepada FBI di AS, di bawah perjanjian rahasia yang disepakati bersama. Informasi ini dibagikan secara sukarela, dan atas permintaan mereka," lanjut pernyataan resmi CCD.
Otoritas berwenang Spanyol mengonfirmasi penyelidikan terhadap serangan yang dilaporkan pihak kedutaan. Akan tetapi, menolak memberikan rincian terkait penyelidikan yang berlangsung. Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan tidak campur tangan dalam proses investigasi.
Berdasarkan laporan berita yang diterbitkan surat kabar Spanyol El Pais, sekelompok orang diketahui membawa senjata api palsu saat memasuki kompleks kedutaan. Mereka disebut sempat menginterogasi dan memukuli penghuni kedutaan. Para penyusup mengikat sejumlah staf dengan tali dan mencuri berbagai barang, sebelum akhirnya melarikan diri dengan kendaraan mewah. Rincian serupa juga terungkap dalam dokumen pengadilan Spanyol yang dirilis Selasa waktu setempat.
Baca juga: AS Beri Hibah Rp18 Miliar untuk Pengelolaan Sampah di Indonesia
Sebuah sumber yang mengetahui insiden itu mengatakan Pertahanan Sipil Cheollima, sebuah kelompok pembangkang Korea Utara, diyakini berada di belakang serangan tersebut. Tepatnya beberapa hari sebelum Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam KTT di Hanoi, Vietnam. Pertemuan Trump dan Kim berakhir tiba-tiba tanpa kesepakatan, khususnya terkait langkah menuju denuklirisasi Pyongyang.
Pertahanan Sipil Cheollima mendapat pengakuan internasional setelah dilaporkan membela Kim Han Sol, putra Kim Jong Nam. Kim Jong Nam, saudara tiri tertua pemimpin Korea Utara, dihadapkan pada agen saraf mematikan VX pada 2017, ketika memasuki Bandara Kuala Lumpur. Dia tewas dalam hitungan menit. Pemerintah AS, Korea Selatan, dan Malaysia telah menyematkan serangan ke Pyongyang, namun Korea Utara dengan tegas membantah bertanggung jawab. (CNN/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved