Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PENASIHAT Keamanan Gedung Putih John Bolton membantah Konferensi Tingkat Tinggi kali kedua antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam, pada akhir Februari berakhir gagal. Ia menyebut KTT Hanoi berjalan sukses, meski Trump pulang ke Washington dengan tangan kosong.
Sejumlah pihak sempat mengharapkan KTT Hanoi akan menghasilkan kesepakatan konkret, tidak seperti pertemuan pertama Trump dan Kim di Singapura tahun lalu. Namun, KTT Hanoi berjalan di luar harapan, bahkan diakhiri tanpa ada pernyataan gabungan kedua pemimpin.
Dalam program "Face the Nation" di media CBS, Bolton mengatakan kegagalan Trump mendapatkan komitmen dari Korut mengenai denuklirisasi seharusnya dipandang sebagai sebuah kesuksesan. Ia menegaskan apa yang dilakukan Trump di Hanoi adalah untuk melindungi kepentingan nasional AS.
Baca juga: AS-Korsel Akhiri Latihan Militer Utama demi Korut
Bolton menyebut isu utama dalam KTT Hanoi bagi AS adalah apakah Korut mau menerima "tawaran besar" dari Trump mengenai denuklirisasi menyeluruh di Semenanjung Korea.
"Presiden (Trump) berpegang teguh pada pandangannya. Dia memperdalam hubungannya dengan Kim Jong-un. Saya tidak melihat (KTT Hanoi) sebagai sebuah kegagalan sama sekali, karena kepentingan nasional Amerika tetap terlindungi," ungkap Bolton, seperti dikutip dari laman AFP, Minggu (3/3).
Menurut keterangan beberapa pejabat AS, di pekan terakhir menuju KTT Hanoi, Pyongyang sempat meminta Washington mencabut semua sanksi ekonomi Dewan Keamanan PBB yang dijatuhkan sejak Maret 2016.
Sebagai gantinya, Korut menawarkan penutupan sebagian Yongbyon, sebuah kompleks besar yang terdiri dari beragam bangunan, termasuk fasilitas nuklir.
Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho membantah keterangan beberapa pejabat AS tersebut dan menegaskan negaranya menawarkan menutup "semua fasilitas produksi nuklir di Yongbyon" sebagai ganti pencabutan sanksi.
Mengenai hasil akhir KTT Hanoi, Trump, Kamis (28/2), mengatakan, "Ada kalanya kita harus terus berjalan ke depan, dan ini adalah salah satu momen tersebut. Lebih baik melakukan hal yang tepat, tapi tidak terburu-buru." (Medcom/OL-2)
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
AMERIKA Serikat tidak terima dengan kebijakan Republik Islam Iran yang resmi memutus hubungan kerja sama nuklir dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
PERANG 12 hari (13-25 Juni) antara Iran versus Israel-AS telah berakhir dengan 'gencatan senjata'.
PEMERINTAH Israel menyatakan kesediaannya untuk menjajaki perdamaian dengan Suriah.
Menghadapi kenyataan adanya perang Iran-Israel saat ini, penulis sebagai eksponen Patriot Soekarnois belum melihat adanya sikap tegas dari pemerintah terhadap perang tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved