Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
DI tengah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara, Vietnam sebagai tuan rumah bisa menjadi panutan masa depan Korea Utara. Terutama, kemandirian perempuan Vietnam dalam berkarya dan menghasilkan uang.
Duong Thi Thanh memulai bisnis tekstil global dari sebuah ruangan kecil di jalan tikus Hanoi, dengan beberapa ember besar berisi bakteri. Thanh merupakan perajin pakaian tradisional yang menggunakan teknik tidak biasa. Setelah mengumpulkan daun tanaman nila dari wilayah pegunungan, dia memfermentasi daun dalam ember plastik yang diisi anggur beras.
Baca juga: India tidak Inginkan Eskalasi Ketegangan dengan Pakistan
"Setiap malam saya menuangkan anggur ke dalam ember, kemudian mengaduknya. Bakteri itu selalu tidur. Mereka sangat malas, tapi suka sekali minum," ujarnya seraya tertawa kecil saat ditemui BBC.
Thanh membungkuk dan mengambil air dari dalam ember dengan tangannya. "Warnanya biru muda dengan sedikit campuran warna hijau. Tetapi, ketika alkohol diaduk, warnanya berubah menjadi biru. Lihatlah, anggur yang membangunkan mereka (bakteri)," tukas dia.
Proses pencarian warna ini merupakan teknik mengubah kain yang diwarnai indigo selama 10 hari. Di belakang Thanh terdengar suara mesin jahit. Ternyata sejumlah staf sedang membuat sarung bantal, syal dan pakaian katun panjang. Ketika memulai bisnisnya, dia harus berjuang mati-matian untuk memproduksi beberapa ratus meter kain dalam setahun.
Setelah 24 tahun berlalu, pelanggannya dari seluruh dunia tinggal memesan secara daring. Salah satu pasar terbesar produk tekstil buatan Thanh, yakni Australia dan Jepang.
Thanh merupakan satu dari sekian ribu pengusaha perempuan yang menjadi roda perekonomian Vietnam. Begitu pembatasan operasional berusaha dicabut pada 1980, negara itu terbuka bagi perdagangan dan investasi global. Pelaku usaha perempuan yang semula menjalankan bisnis kecil di pasar abu-abu demi menambah pendapatan rumah tangga, akhirnya bisa beroperasi dengan legal.
Saat ini, dunia usaha Vietnam lebih banyak dijalankan perempuan. Sektor usaha kecil dan menengah berkontribusi hingga 40% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara Asia Tenggara tersebut.
Situasi ini bisa menjadi pembelajaran penting bagi ribuan rumah tangga Korea Utara di mana perempuan mengambil posisi sebagai pencari nafkah utama. Meski terdapat sistem sosial patriarki, namun perempuan berupaya bekerja di tengah meluasnya pasar informal. Di lain sisi, kewajiban laki-laki untuk bekerja di lembaga pemerintahan atau militer, mendorong perempuan memutar otak demi mendapatkan penghasilan. Survei dari Korea Selatan menyebut 70% pendapatan rumah tangga di Korea Utara bersumber dari perempuan.
Jessie Kim, warga Korea Utara yang ditinggal ibunya sejak usia 11 tahun. Dengan sang ayah mengabaikannya, dia terpaksa mencari buah beri dan herbal di pegunungan untuk dijual. "Jika saya ingin bertahan di Korea Utara, maka saya harus mencari uang. Saya tidak ingin mati," tuturnya.
Setelah berpenghasilan cukup, dia memutuskan pergi ke Korea Selatan pada 2014. Dia ingin menjalankan bisnis, sekaligus belajar ilmu ekonomi di universitas Negeri Gingseng.
Lain lagi Van Tran Ngoc yang membantu pelatihan wirausaha perempuan Korea Utara di Vietnam, melalui organisasi nirlaba Choson Exchange. Dia terkejut betapa banyaknya perempuan Korea Utara yang ingin belajar. "Mereka mengingatkan saya kepada perempuan Vietnam yang menjadi pelaku usaha," katanya.
Baca juga: Indonesia Mitra Terpercaya Demokrasi dan Pembangunan
"Perempuan Vietnam maupun Korea Utara, tergolong pendiam. Namun, mereka sangat semangat untuk belajar dan bekerja. Merka menghabiskan seluruh waktu untuk mencoba dan belajar lebih banyak. Ketika saya mengajak mereka berkeliling Hanoi, mereka terus bertanya berbagai model usaha dan bagaimana Vietnam mengubah ekonomi setelah perang," tutur Tran Ngoc.
Terdapat persamaan antara perempuan Vietnam dan Korea Utara. Motivasi utama mereka untuk bekerja ialah rasa tanggung jawab memenuhi kebutuhan finansial keluarga. "Satu hal yang kerap saya lihat, mereka memiliki mimpi besar dan tidak malu untuk bercerita tetang ambisi," ucapnya. (BBC/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved