Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENTERI Negara untuk Urusan Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menegaskan pemerintah tidak mengetahui keberadaan jasad jurnalis Jamal Khashoggi.
Dalam pengusutan kasus pembunuhan Khashoggi di Turki, sejumlah tersangka yang berasal dari Arab Saudi telah ditahan.
Seperti diketahui, sang jurnalis dibunuh pada 2 Oktober 2018, saat memasuki gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Setelah dihabisi, jasadnya kemudian dimutilasi. Namun sampai sekarang, jasadnya tak kunjung ditemukan.
Lebih lanjut, al-Jubeir menuturkan pembunuhan Khashoggi didalangi oleh pejabat saudi yang bertindak di luar lingkup kekuasaan pemerintah. Adapun 11 orang tersangka sudah mendapat dakwaan atas kasus tersebut. "Kami tidak tahu di mana jasadnya," ujar al-Jubeir dalam wawancara dengan CBS's Face the Nation, seperti dilansir AFP, Senin (11/2).
Baca juga: Pembunuhan Khashoggi Trump Dinilai Abaikan Senat
Jaksa penuntut umum yang bertanggung jawab terhadap kasus Khashoggi, kata dia, sudah meminta bukti dari otoritas Turki. Akan tetapi, permintaan itu belum mendapat tanggapan. Ketika ditanya bagaimana mungkin para tersangka yang ditahan tidak dapat memberi tahu keberadaan jasad Khashoggi, al-Jubeir merespons normatif.
"Kami masih menyelidikinya," tukas dia.
"Saat ini kami memiliki sejumlah kemungkinan. Kami bertanya kepada mereka (tersangka), apa yang dilakukan terhadap jasad Khashoggi. Penyelidikan sedang berlangsung dan saya berharap pada akhirnya kebenaran ditemukan," kata al-Jubeir melanjutkan.
Pejabat pemerintahan Saudi itu diwawancara pada hari yang sama ketika Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengabaikan batas waktu Kongres AS. Laporan yang dimaksud terkait dalang pembunuhan Khashoggi, seorang kolumnis The Washington Post yang kerap mengkritik kepemimpinan Putra Mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS).
Badan Intelijen Pusat (CIA) menyimpulkan operasi Saudi kemungkinan diarahkan langsung oleh MBS. Namun, Guding Putih menyampingkan temuan tersebut di tengah penolakan keras Riyadh, sekutu utama AS. Pada Jum'at kemarin, The New York Times menyebut CIA mendapatkan bukti komunikasi MBS dengan bawahannya sekitar 2017.
Sang Putra Mahkota bertekad mengejar Khashoggi "dengan peluru", apabila jurnalis itu tidak mau kembali ke Arab Saudi.
"Saya tidak akan mengomentari laporan berdasarkan sumber anonim. Kita tahu, Putra Mahkota tidak memerintahkan operasi yang tidak disetujui pemerintah," tandas al-Jubeir. (AFP/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved