Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak agar rakyat ‘Negeri Paman Sam’ bersatu. Hal itu disampaikan Trump pada Selasa (5/2) saat pidato State of the Union di hadapan Kongres. Trump dinilai sedang berusaha mengubah efek dua tahun kekacauan yang memecah belah dan mengubah dirinya menjadi pemimpin nasional bipartisan (disokong dua parpol). Dengan gaya bercanda dan kadang tampak bersemangat, Trump mengatakan kepada Kongres dan pemirsa televisi bahwa politik balas dendam harus ditolak dan melakukan hal sebaliknya menggali potensi kerja sama yang tak terbatas serta kompromi untuk kebaikan bersama. Mengenai kebijakan luar negeri, Trump menegaskan kembali tekadnya untuk mengeluarkan pasukan AS dari Afghanistan dan Suriah secepat mungkin. Selain itu, dia mengumumkanakan memperpanjang diplomasi pribadinya dengan Korea Utara dengan menemui pemimpin penyendiri Kim Jong-un pada 27-28 Februari di Vietnam. Trump juga menggembar-gemborkan hal-hal yang dia harapkan untuk tetap menjadi kartu terkuatnya di hadapan para pemilih. Hal lain yang disampaikan Trump ialah dorongan bipartisan untuk memberantas epidemi AIDS di AS dalam satu dekade. Namun, dalam pidato yang dipenuhi dengan retorika dan diselingi tepuk tangan dari Partai
Republik itu, hal terpenting adalah upaya untuk memilih Trump kembali pada 2020 mendatang. Masalahnya, dalam dua tahun masa pemerintahannya, Trump telah mendorong negara yang sudah terpolarisasi itu, terlibat dalam perdebatan sengit di hampir setiap aspek politik. Perpecahan terlihat sangat mencolok sejak Trump memasuki ruang DPR. Saat memasuki ruangan anggota Partai Republik, dia berusaha berjabat tangan, sedangkan sebagian besar anggota Demokrat malah menyingkir.
Hal lainnya saat Trump membahas topik favoritnya, yakni membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko untuk menghentikan serangan imigran gelap, Demokrat dengan marah menggelengkan kepala mereka. Membahayakan Sementara itu, setelah Trump usai berpidato, tokoh senior Partai Demokrat Steny Hoyer mengatakan bahwa Trump bersandar pada kepalsuan dan ketakutan untuk mengaburkan realitas kepresidenan yang kurang dalam kepemimpinan dan membahayakan masa depan Amerika. Partai Demokrat mengatakan, peringatan Trump tentang imigran ilegal pembunuh identik dengan ketakutan politik. Untuk itu, partai tersebut memutuskan tetap menolak mengotorisasi dana pembangunan tembok perbatasan. Sebelumnya, pada Desember 2018, Trump sudah membalaskan dendamnya terhadap Kongres dengan memicu penutupan sementara layanan pemerintahan selama lima pekan. Petinggi Partai Demokrat Nancy Pelosi, bereaksi dengan menuntut pembalasan dengan cara memaksa pidato Trump ditunda sepekan. Namun, Trump tetap pada pendiri annya. “Saya akan membuatnya dibangun,” katanya tegas yang disambut sorak-sorai anggota Partai Republik dan sikap diam dari Partai Demokrat. Meski begitu, klaim Trump atas keberhasilan implementasi kebijakan luar negerinya, tidak selalu didukung partainya sendiri. Seperti saat dia mengulangi dalam pidatonya tentang keinginannya agar pasukan AS menarik diri dari arena perang yang telah berlangsung lama di Afghanistan dan Suriah sesegera mungkin. Muncul sorak-sorai merespons janji tersebut. Namun, dinas keamanan dan banyak anggota Partai Republik justru mengkritik. Pasalnya, mereka takut AS kehilangan pengaruh
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved