Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
"SELAMAT sore. Terima kasih Indonesia. Saya berusaha keras untuk mencegah keraguan apa pun. Indonesia, yes!" kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde sambil mengacungkan ibu jarinya pada saat konferensi pers penutupan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, kemarin.
Dengan semringah, mantan Menteri Keuangan Prancis ini mengapresiasi pemerintahan Indonesia yang menyiapkan perhelatan yang dihadiri lebih dari 30.000 orang itu dengan baik. "Semua panitia Indonesia bekerja dengan sangat gila sejak tiga tahun lalu," ujarnya.
Dia mengatakan kerja keras ini seperti sebuah proses menyiapkan sebuah acara pernikahan dan berhasil dilalui dengan lancar, kemudian rasanya ingin diulang kembali.
"Saya ingatkan juga pada Luhut (Ketua Panitia Nasional Penyelenggara Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia Luhut Binsar Pandjaitan) tentang upacara pernikahan. Begitu lancar. Lalu tiba-tiba selesai. Anda ingin melakukan sekali lagi. Kami juga mau sekali lagi, tetapi kami sedikit lelah. Ini memori yang akan terkenang," jelasnya sembari tersenyum.
Indonesia tak hanya sukses menggelar Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, sebelumnya Indonesia juga memukau dunia dengan mengadakan perhelatan akbar olahraga, Asian Games dan Asian Para Games.
Saat menanggapi hal itu, pakar Hubungan Internasional UI Hikmahanto Juwana menilai lewat tiga event internasional yang beruntun itu Indonesia sudah mendapat pengakuan dunia.
"Itu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa berada di level yang sama dengan mereka ketika menyelenggarakan event serupa.
Kalau saya lihat, tidak hanya mencapai sukses menyelenggarakan event-nya, tetapi juga nilai tambah dari itu semua," kata Hikmahanto saat dihubungi kemarin.
Menurut dia, apa yang dikeluarkan Indonesia untuk tiga perhelatan akbar itu, sepadan dengan manfaatnya bagi warga Indonesia.
"Mata orang akan terpusat pada Indonesia. Jadi, seperti waktu Bung Karno menggelar Konfrensi Asia Afrika di Bandung. Zaman Pak Harto ada pertemuan APEC," jelasnya.
Pengamat politik Rustam Ibrahim berpendapat bahwa kesuksesan acara itu memengaruhi citra positif Indonesia di mata internasional.
"Elektabilitas Presiden Joko Widodo juga naik," tuturnya.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengungkapkan pertemuan IMF-Bank Dunia mempromosikan potensi investasi di Tanah Air kepada dunia. Bahkan, Presiden Jokowi membuka Rapat Pleno IMF-WB 2018 melalui pembawaan berbeda, yakni menganalogikan kondisi perekonomian dunia dengan serial televisi Game of Thrones.
"Ini ditanggapi positif oleh pasar karena menitikberatkan pentingnya kooperasi-koordinasi," kata Bhima.
Pengamat olahraga Budiarto Shambazy mengatakan bisa dipastikan ada kepercayaan diri bagi pemerintah untuk bisa menyelenggarakan ajang sejenis atau bahkan yang lebih tinggi lagi kelasnya.
"Kemungkinan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Kalau dilihat dari sarana dan prasarana, sudah bagus, tapi memelihara momentum itu tidak mudah," kata Budiarto. (Fat/Yan/Pol/Pra/Beo/X-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved