Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PEMERINTAH Bulgaria didesak untuk segera menangkap pembunuh wartawan televisi Viktoria Marinova, 30. Sementara itu, orang-orang yang berduka atas kejadian itu menyalakan lilin di ibu kota Sofia serta di kota Ruse tempat Marinova terbunuh.
Marinova, yang membawakan acara talk show bertajuk Detector untuk stasiun TVN, ditemukan tewas karena pukulan dan cekikan di Ruse pada Sabtu (6/10). Dia juga diduga menjadi korban kekerasan seksual.
"Kami sangat terkejut. Sebelumnya dia tidak pernah diancam siapapun," ungkap seorang jurnalis TVN yang tidak mau disebut namanya.
Ketua UNESCO Audrey Azoulay mengutuk pembunuhan itu. "Penggunaan kekerasan fisik dan seksual untuk membungkam jurnalis ini adalah pelanggaran terhadap hak asasi dan martabat setiap perempuan," tegasnya.
Marinova adalah jurnalis ketiga yang terbunuh di Eropa dalam 12 bulan terakhir setelah Jan Kuciak di Slovakia pada Februari dan Daphne Caruana Galizia di Malta pada Oktober 2017.
Menurut Reporters Without Borders, Bulgaria termasuk negara Eropa yang tertinggal dalam kebebasan pers, dengan menempati urutan 111 dari total 180.
Kemungkinan ancaman
Sejumlah pengamat menyebut ada kemungkinan pembunuhan itu terkait dengan aktivitas Marinova.
Dalam episode pertama acaranya, ditayangkan pada 30 September, ditayangkan investigasi tentang dugaan penipuan yang melibatkan beberapa politisi dan tokoh terkenal.
Dia juga mewawancarai antara lain wartawan investigasi Dimitar Stoyanov dari situs web Bivol.bg dan Attila Biro dari Romanian Rise Project.
Pemilik Bivol.bg, Asen Yordanov mengatakan bahwa kematian tersebut mungkin juga disengaja untuk menjadi contoh ancaman atau seperti sebuah peringatan. (AFP/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved