Tugas Berat Menanti Mahathir

Irene Harty
11/5/2018 07:15
Tugas Berat Menanti Mahathir
(AFP/ROSLAN RAHMAN)

PASCAKEMENANGAN kubu oposisi Malaysia dalam Pemilihan Umum 9 Mei lalu, harapan perubahan politik di negeri jiran itu kini ditentukan sikap Mahathir Mohamad, apakah dia sungguh-sungguh telah mengubah caranya serta memiliki semangat dan kekuatan untuk menyembuhkan perpecahan.

Mantan penguasa otoriter yang cerdik itu telah membuktikan mampu membawa gerakan oposisi memutus kekuasaan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang telah berlangsung enam dekade.

Kemenangan koalisi Pakatan Harapan merupakan perubahan pemerintahan Malaysia pertama sejak merdeka dari Inggris pada 1957. Kemenangan itu juga membawa harapan adanya perubahan menyeluruh termasuk perlindungan hak asasi, kebebasan pers, tindakan antikorupsi, perubahan pada kebijakan berbasis ras, dan aturan demokratis yang sesungguhnya.

"Tsunami Rakyat", tulis Sinar Harian, surat kabar berbahasa Malaysia dalam judul halaman depannya.

Namun, politik Malaysia dikenal mudah berubah arah, setidaknya itu terjadi pada perubahan Mahathir sendiri menjadi favorit oposisi. Karena itu, masa depan politik negeri itu tetap tidak jelas.

"Sekarang kerja keras akan dimulai," tulis laman politik berpengaruh Malaysiakini.com dalam tajuk rencananya.

"Tidak seorang pun sebaiknya membayangkan bahwa sebuah pemerintahan baru mampu membalikkan kerusakan yang telah mengakar selama beberapa dekade," lanjut tajuk rencana tersebut.

Lebih jauh, tajuk rencana itu menyatakan bagi sebuah negara yang sudah sangat terbelah, butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan luka dan bagi rakyat Malaysia untuk membangun ulang kepercayaan pada satu sama lain dan pada lembaga-lembaga yang telah menggagalkan mereka."

Malaysia yang multibudaya semakin terbelah oleh ketegangan politik dan ras di bawah kepemimpinan perdana menteri terguling Najib Razak, yang diperparah dengan skandal korupsi sebesar miliaran dolar.

Najib dituduh memimpin penjarahan dana kekayaan negara di 1MDB dan meresponsnya dengan menyangkal keras dan semakin gencar melakukan penindasan.

Faktor Mahathir

Banyak yang bergantung pada Mahathir, yang selama berkuasa pada 1981-2003 sebagai pemimpin UMNO dan perdana menteri dipuji sebagai pencipta Malaysia modern. Namun, reputasinya itu juga dikotori dengan tindakannya yang memenjarakan musuh-musuhnya dan memperkuat dominasi politik muslim Malaysia, kelompok mayoritas di negeri itu, atas kelompok minoritas Tionghoa dan India.

Mahathir yang oportunis harus melawan sistem yang penciptaannya ikut dia bidani. Dia menjanjikan reformasi batasan kepemimpinan dan menghapuskan pajak penjualan yang diterapkan Najib.

Malaysiakini.com menyebut bahwa pemilihan 9 Mei ini merupakan peringatan bahwa politisi dipilih untuk melayani rakyat bukan 'menjadi majikan mereka'.

"Adalah bijaksana jika pemerintahan mendatang dapat mengingat hal ini," tulis surat kabar itu.

Blok Melayu UMNO telah menjalani petarungan sengit untuk menghadapi aliansi oposisi yang komposisinya mencerminkan kerangka keberagaman budaya negeri tropis itu, akan tetapi rentan perpecahan internal.

Pemerintahan mendatang menghadapi tugas berat untuk mengendalikan birokrasi pemerintahan yang telah terbiasa dengan cara UMNO. Mereka juga menghadapi persoalan rumit, yakni mengutamakan warga Melayu dalam hal politik, pekerjaan, dan bidang-bidang lain.

Dalam menjalankan pemerintahan mendatang, Mahathir yang merupakan arsitek utama sistem UMNO tersebut harus bersanding dengan kubu koalisi yang dipengaruhi konstituen Tionghoa dan India. (AFP/*/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya