Bola kembali Bergulir di Stadion Raqa

AFP/Irene Harty/I-1
19/4/2018 10:00
Bola kembali Bergulir di Stadion Raqa
(AFP/DELIL SOULEIMAN)

DALAM balutan baju berwarna putih dan kuning, Aziz al-Sajer, 25, melakukan peregangan dan pemanasan bersama tim sepak bola Al-Rashid. Mereka kemudian berlari ke dalam lapangan Stadion Raqa yang kotor dan panas disorot matahari. Hari itu, mereka berkumpul untuk turnamen play-off antara klub lokal.

Puluhan pendukung klub itu menyemangati mereka dari tribun logam yang sebagian besar telah penyok oleh peluru akibat pertempuran pengusiran kelompok Islamic State (IS) pada tahun lalu. Ya, tepat di bawah tribun tempat penonton berdiri, terdapat kamar-kamar bekas penjara IS yang terkenal kejam.

Sebelum bergabung dengan rekan timnya, Sajer melihat berkeliling penjara itu. Ya satu bulan sebelumnya, ia menempat salah satu penjara itu dan diinterogasi IS setelah membelot dari tentara Suriah.

Ia mengigat kenangan gelap tentang tiga tahun pemerintahan IS di Raqa yang dengan kejam menegakkan interpretasi ultraketat terhadap hukum Islam.

"Kami biasa menyelinap hanya untuk bermain bola. Itu tidak secara resmi dilarang, mereka hanya membencinya. Mereka melarang logo olahraga pada pakaian, seperti Real Madrid atau Barcelona. Anda bisa dipenjara karenanya," kenang Sajer.

Ironisnya, hanya karena persoalan itu, banyak orang dipenjara di bawah stadion.

Tampak selongsong peluru masih berserakan di dekat lapangan dan dinding kotor dari ruangan remang-remang di bawah tanah ditandai dengan tulisan tangan dari mantan tahanan, 'Ya Tuhan, tolong kami'.

"Penjara di belakang saya sekarang di masa lalu. Semua sudah berakhir, dan sekarang kita bisa beristirahat," katanya.

Tahun lalu, Pasukan Demokrat Suriah yang didukung Amerika Serikat (AS) bertempur sengit untuk menggulingkan IS dari Raqa dan stadion itu menjadi benteng terakhir IS.

Enam bulan kemudian, lapangan penuh dengan kehidupan ketika tim dari daerah SDF yang berbeda beraksi di lapangan.

Turnamen itu diselenggarakan Raqa Civil Council, komite lokal afiliasi SDF yang bertugas menjalankan urusan kota.

Nashwa Ramadhan, Wakil Ketua Komite Olahraga dan Pemuda RCC, mengatakan kejuaraan sepak bola itu ialah yang pertama sejak aturan IS berakhir.

"Kami telah membuat stadion tempat untuk olahraga lagi. Daesh (akronim bahasa Arab untuk IS) telah hilang, dan dengan itu, ketakutan. Kami bahkan punya rencana untuk olahraga wanita," kata Ramadhan.

Saat itu, Al-Rashid sedang melawan Al-Sad, tim dari kota terdekat Tabqa yang juga diambil alih dari IS oleh SDF.

Para penggemarnya pun bersorak menyemangati, "Al-Sad, Al-Sad, di mana gol ke empat?" memanggil satu pendukung Tabqa, sedangkan yang lainnya bersorak, "Bagus, bagus!"

Salah satu penggemar, Mohammad al-Haruni, mengaku senang semuanya kembali normal dan berharap ke depannya akan lebih baik.

"Para hisba (polisi agama) akan memberi tahu kami, 'jihad adalah latihan terbaik," kenang Haruni.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya