Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Polisi Prancis Pemberani itu telah Tiada

AFP/Al Jazeera/Hym/I-1
25/3/2018 08:10
Polisi Prancis Pemberani itu telah Tiada
(AFP/PASCAL PAVANI)

Arnaud Beltrame, polisi Prancis yang meninggal kemarin setelah menawarkan dirinya untuk menggantikan sandera dalam serangan di sebuah supermarket Jumat (23/3), dikenal sebagai anggota polisi elite pemberani. Keberaniannya telah ia tunjukkan saat bertugas di Irak.

Letnan Kolonel Arnaud Beltrame menawarkan dirinya menggantikan seorang perempuan yang disandera oleh pria bersenjata Radouane Lakdim sebagai sandera terakhir di toko, Super-U, Trebes, kota tenang di barat daya Prancis.

Polisi senior di Gendarmarie, polisi yang juga bagian dari militer Prancis, itu berharap bisa bernegosiasi dengan penyandera. Sebelumnya, penyandera telah membebaskan 50 pengunjung dan pegawai toko.

Beltrame telah meletakkan teleponnya di meja supaya petugas polisi di luar lokasi penyanderaan bisa mendengar kejadian di dalam toko.

Namun, secara tiba-tiba Lakdim  yang mengklaim sebagai pengikut kelompok Islamic State, menembak dan menikamnya. Tindakan Lakdim mendorong polisi menyerbu ke dalam toko dan menembak mati Lakdim. Beltrame yang mengalami luka berat akhirnya meninggal kemarin pagi.

Presiden Emmanuel Macron memimpin penghormatan kepada Beltrame. Polisi pemberani ini pernah bertugas melindungi istana presiden selama empat tahun pada 2000-an. Beltrame terakhir menjabat sebagai Deputi Kepala Gendarmarie wilayah Audie.

"Letnan Kolonel Beltrame menunjukkan sikap sangat tenang pada saat kejadian dan menampilkan gambaran pasukan keamanan dengan cara yang luar biasa," papar Macron. "Dia meninggal sebagai seorang pahlawan."

Adik Beltrame, Cedric, mengatakan kakaknya tahu pasti risiko yang dihadapinya. "Dia tahu pasti tidak punya kesempatan. Dia memberikan nyawanya untuk orang lain," ujarnya.

Sang ibu, yang tidak disebut namanya, tidak terkejut dengan aksi putranya yang mendahulukan nyawa orang lain ketimbang dirinya. "Dia selalu seperti itu. Sejak lahir dia akan melakukan apa pun bagi negara," tutur sang ibu kepada radio RTL.

Dalam insiden Jumat (23/3) itu, 3 orang tewas dan 16 orang terluka setelah Lakdim membajak sebuah mobil, menembaki polisi, dan kemudian menyandera sejumlah orang.

Macron mengatakan para penyidik akan fokus untuk menyingkap bagaimana Lakdim mendapatkan senjatanya dan 'proses dia menjadi radikal'.

Pada Jumat (23/3) malam, pihak berwenang menggeledah kendaraan dan sebuah bangunan di pusat Kota Carcassonne. Lakdim selama ini dikenal oleh polisi atas kejahatan kecil dan perdagangan narkoba.

Namun, dia juga di bawah pengawasan polisi dan sejak tahun 2014 tercantum dalam daftar Fiche S, yakni daftar orang-orang yang dicurigai radikal.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya