Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Olimpiade tak Jamin Korut Melunak

Anastasia Arvirianty
11/1/2018 10:37
Olimpiade tak Jamin Korut Melunak
(Kepala Delegasi Korea Utara Ri Songwon (ketiga kiri) melintasi garis perbatasan untuk menghadiri perundingan gencatan senjata antara Korea Utara dan Korea Selatan di Zona Demiliterisasi (DMZ), Rabu (10/1)---AFP)

KEPUTUSAN Korea Utara (Korut) untuk mengirim atlet ke Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan (Korsel) dinilai mengindikasikan perubahan langkah dalam hubungan kedua negara. Namun, para analis berpendapat hal itu tidak akan banyak mengurangi kemampuan nuklir ‘Negeri Juche’ itu.

Korea Utara dan Selatan, Selasa (9/1), mengadakan dialog resmi pertama mereka dalam tempo lebih dari dua tahun. Dalam pertemuan itu, Korut sepakat untuk mengirim delegasi besar ke Olimpiade Musim Dingin yang digelar bulan depan dan menjanjikan perundingan tingkat tinggi lebih lanjut.

Pertemuan tersebut terjadi setelah berbulan-bulan Korut menggelar uji coba nuklir dan rudal. Kini, kedua belah pihak berupaya mendinginkan ketegangan di Semenanjung Korea.

“Kedua belah pihak ingin menang dan mereka mendapatkannya,” kata John Delury, profesor di Universitas Yonsei di Seoul.

Seoul sebagai penyelenggara Olimpiade memang berharap Korut--yang memboikot Olimpiade Musim Panas 1988 di Korsel--untuk ambil bagian dalam apa yang telah berulang kali diproklamasikan Korsel sebagai Olimpiade Perdamaian di Pyeongchang.

Namun, Korut tidak memberi tanda akan melakukan hal itu sampai pidato Tahun Baru Kim Jong-un. Hal itu menyusul program senjata terlarangnya yang menentang sanksi PBB dengan meluncurkan rudal yang diklaim mampu menjangkau AS dan melakukan uji coba nuklir keenam yang merupakan yang terkuat.

Partisipasi Korut di Olimpiade Pyeongchang ialah jaminan bahwa negara itu akan menahan diri dari menggelar provokasi selama Februari dan Maret, saat Olimpiade dan Paralimpiade diadakan.

Seoul dan Washington juga sebelumnya setuju untuk menunda latihan militer tahunan mereka, yang oleh Pyongyang dilihat sebagai latihan untuk invasi, sampai setelah pesta olahraga tersebut.

Go Myong-hyun, analis di Asan Institute of Policy Studies yang berbasis di Seoul, mengatakan Korut memastikan bahwa mereka mendapat ketenangan strategis serta tempat berlindung dari kemungkinan serangan militer AS.

“Washington tidak dapat melakukan tindakan militer terhadap Korea Utara selama perundingan antar-Korea karena tidak ingin disalahkan jika ada gejolak,” kata Go.

Namun, apa yang terjadi saat lampu dimatikan di Pyeongchang dan geopolitik kembali normal di semenanjung?

“Apakah pembukaan ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di luar permainan Olimpiade itu sendiri? Tetap harus dilihat,” tulis Scott Snyder dari Council on Foreign Relations.

Ketua delegasi perdamaian Korut Ri Son-gwon mengatakan kepada wartawan Korsel bahwa denuklirisasi tidak menjadi masalah bagi kedua Korea untuk berdiskusi, dengan mengatakan, “Target dari semua bom nuklir dan hidrogen serta ICBM dan semua senjata canggih lainnya milik kami ialah AS.”

Ri menambahkan, ada banyak masalah untuk diselesaikan di antara kedua belah pihak. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya