Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Perlawanan Qatar Terhadap Arab Saudi Melalui Transfer Neymar

Indah Hoesin
04/8/2017 18:11
Perlawanan Qatar Terhadap Arab Saudi Melalui Transfer Neymar
(AFP/LOLA BOU)
KEPINDAHAN fenomena sepak bola, Neymar, dari Barcelona ke Paris Saint Germain (PSG) telah menjadi salah satu serangan balik Qatar ke negara rivalnya di kawasan Teluk.Qatar menyerang balik Arab Saudi dan sekutunya dengan permainan soft power kelas atas.

PSG yang dimiliki oleh Qatar, resmi menggandeng pemain depan asal Brazil dengan biaya transfer fantastis. Dana sebesar Euro 222 juta (US$ 264 juta) diguyurkan Qatar untuk Neymar dan sekaligus memecahkan rekor dunia, dua kali lipat dari rekor sebelumnya.

"Pengumuman transfer Neymar ke PSG dirancang di antara pejabat tinggi Qatar sebagai semacam strategi komunikasi yang akan menggeser perdebatan seputar semua isu lainnya, seperti terorisme," ujar Mathieu Guidere, seorang ahli geopolitik Arab.

"Selama berhari-hari dari sekarang, tidak ada yang menyebutkan hal yang negatif, semua tentang transfer Neymar".

"Untuk saat ini, lawan Qatar lumpuh karena strategi ini, karena tidak satu pun dari mereka memiliki tingkat pengaruh media di bidang olahraga internasional," tambahnya.

Hubungan Qatar dengan sepak bola internasional telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Negara Teluk ini pun akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Transfer Neymar terjadi setelah Qatar dihantam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade. Dipimpin oleh Saudi, sejumlah negara Teluk memutus hubungan dengan Doha sejak bulan lalu. Mereka menuding Doha telah mendukung kelompok ekstrimis dan menjalin hubungan erat dengan Iran.

Qatar membantah tuduhan tersebut dan menyebut sanksi hanyalah ditujukan untuk membawa Emirat Doha tunduk dengan Saudi dan sekutunya.

Soft Power Internasional

Saudi bersama Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir juga menarik duta besar mereka dari Doha dan memerintahkan seluruh penduduk Qatar untuk keluar dari negara mereka.

Keempat negara ini kemudian secara terbuka mengeluarkan 13 daftar permintaan yang harus dipenuhi Doha sebagai syarat untuk mengakhiri isolasi.

Dalam pidato pertamanya dan satu-satunya sejak awal krisis Teluk, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, secara terbuka mengatakan bahwa dirinya akan beralih ke sumber-sumber soft power di tingkat internasional.

Momen transfer Neymar mungkin adalah kesempatan Doha untuk memanfaatkan soft power-nya. "Ini adalah aksi soft power. Qatar perlu menunjukkan pada dunia bahwa terlepas dari semua tuduhan, Qatar adalah negara yang paling tangguh di Timur Tengah," ujar seorang analis resiko politik, Andreas Krieg dari King's College.

"Memiliki pemain terbaik di dunia menunjukkan seluruh dunia bahwa jika Qatar teguh, mereka masih memiliki aset terbesar untuk diambil, dan jika dibutuhkan mereka akan menggunakan uang yang mereka miliki untuk melanjutkan agenda mereka," ujar Krieg.

Menurut Krieg, biaya transfer Neymar telah mengirimkan sinyal yang sangat kuat ke dunia olahraga dan sinyal perlawanan yang sangat kuat terhadap UEA dan Saudi.

"Mereka menginginkan pemain ini dan mereka menggunakan uang itu untuk membelinya dengan harga berapa pun," ujarnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Doha juga telah menandatangani dua kontrak besar di bidang militer. Pertama kesepakatan akuisisi senilai US$12 miliar untuk membeli pesawat tempur F-15 dari Amerika Serikat (AS) dan kesepakatan senilai US$ 6 miliar untuk kapal angkatan laut dari Italia. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya