Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
KEMENKO Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) memberikan 153 alat pengukur tekanan darah mandiri kepada 64 kementerian/lembaga (K/L). Penyerahan ini juga sebagai ajakan Menko PMK kepada para aparatur sipil negara (ASN) untuk mulai hidup sehat.
Menko PMK Puan Maharani mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk menyukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Gerakan ini harus dimulai saat ini, yakni ketika banyak bentuk penyakit berkembang dan semakin mengganas. Salah satu hal yang bisa dilakukan ialah dengan upaya promotif dan preventif dengan secara mandiri mengukur tensi dan secara aktif mengecek kesehatan.
Secara simbolis Puan menyerahkan alat pengukur tekanan darah mandiri kepada Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Kesehatan Nila F Mooelek, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri Pemberdayaan dan Perlidungan Anak Yohana Yembise di Kantor Kemenko PMK, kemarin. Puan berharap, Pojok Mandiri dengan alat pengukur tekanan darah mandiri harus dilokasikan di tempat yang bisa dijangkau semua orang.
‘’Saya apresiasi apa yang coba kita lakukan ini. Salah satunya dengan Pojok Mandiri dengan tes pembuluh darah. Saya harap komitmen kita saat ini, dengan memberikan alat pengukur tekanan darah mandiri kepada 64 kementerian/lembaga, berjalan baik,’’ ucap Puan.
Puan menyebutkan, anggaran pelayanan kesehatan banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar.
Fakta ini tentunya perlu mendapatkan perhatian dan penanganan melalui upaya pembangunan kesehatan.
Upaya pemerintah dalam melakukan pembangunan kesehatan salah satunya ialah dengan meluncurkan program Germas pada November 2016.
Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menjadi salah satu penyebab penyakit jantung, semakin meningkat setiap tahun di negara berkembang termasuk Indonesia.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk berumur 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8%. Sementara menurut hasil survei indikator kesehatan nasional 2016, angkanya meningkat jadi 30,9% dari total jumlah penduduk.
Menurut Menkes Nila, tingginya angka prevalensi itu salah satunya karena masyarakat enggan mengecek kesehatan seperti memeriksakan tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrolnya secara rutin. “Melalui kegiatan ini, seluruh pegawai kementerian/lembaga diharapkan melakukan pemantauan dan deteksi dini penyakit,” ujar Menkes setelah menerima alat pengukur tensi secara simbolis, kemarin. (Ind/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved