SUNAT atau pemotongan sebagian kulit kulup kelamin lazimnya dilakukan pada laki-laki di usia anak-anak. Namun, ada juga laki-laki yang baru menjalaninya saat dewasa.
Seperti Didik, misalnya, pada Kamis (8/10) lalu, laki-laki berusia 30 tahun itu baru saja menjalani khitan di klinik Rumah Sunatan, Bekasi, Jawa Barat. "Ternyata tidak seseram seperti yang saya bayangkan semula. Prosesnya tidak terlalu lama dan nyaman kok," ujarnya.
Ia mengaku menjalani sunat atas dorongan sang istri yang belum lama ini dinikahinya. Kebetulan, istrinya seorang perawat. "Dia jelasin panjang lebar ke saya kalau disunat itu lebih sehat. Saya lalu cari-cari informasi dari internet juga. Setelah konsultasi dengan dokter di klinik ini, akhirnya saya mantap disunat," tuturnya.
Sunat pada usia dewasa seperti yang dijalani Didik umumnya memang dilandasi alasan tertentu. Mulai faktor pindah agama, kondisi medis khusus yang mengharuskan sunat, atau kesadaran diri untuk menjaga kesehatan, seperti yang dijalani Didik.
"Dari sisi medis, sunat memang terbukti memberikan banyak manfaat kesehatan, seperti menurunkan risiko penularan HIV/AIDS hingga lebih dari 50% dan penyakit menular seksual lainnya, juga menurunkan risiko kanker prostat dan kanker penis," kata dokter dari klinik Rumah Sunatan, Muhammad Zaiem.
Ia menjelaskan, di penis yang belum dikhitan, kerap dijumpai tumpukan smegma atau kotoran berlemak yang berwarna putih di balik lipatan kulit kulup. Kuman senang bersarang pada smegma itu. Kuman tersebut dapat menginfeksi dan dapat menular ke pasangan saat melakukan hubungan seksual.
Karena itulah, Badan Kesehatan Dunia (WHO), lanjutnya, juga menganjurkan sunat untuk mencegah infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS, serta menurunkan risiko pasangan terinfeksi virus human papilloma (penyebab kanker serviks).
WHO menyebutkan, jika laki-laki disunat, pasangannya akan mengalami penurunan risiko tertular HPV sampai 28%. Pada prinsipnya, ketika kulup dihilangkan sebagian, tidak ada lagi tempat untuk bersarang kuman. Namun, laki-laki dewasa kerap ragu dan malu menjalaninya.
"Pria dewasa umumnya enggan disunat karena malu dan merasa sudah terlalu tua untuk disunat. Ada pula yang khawatir sunat akan memengaruhi performa seksualnya," kata Zaiem.
Akibatnya, lanjut Zaiem, banyak laki-laki dewasa yang menunda bahkan tidak mau disunat meski terdapat indikasi medis, seperti mengalami fimosis (penyempitan atau perlengketan kulup kelamin) atau infeksi di daerah penis.
Padahal, terang Zaiem, anggapan bahwa sunat menurunkan sensitivitas penis dan mengganggu aktivitas seksual hanyalah mitos. "Penelitian justru membuktikan hal sebaliknya. Sunat meningkatkan kualitas hubungan seksual."Terkait dengan faktor malu, Zaiem menjelaskan saat ini sudah ada layanan khusus sunat dewasa. Ruangan sunat yang terpisah antara orang dewasa dan anak akan mengurangi rasa malu pria dewasa karena tidak perlu duduk mengantre di antara anak-anak.
"Terlepas dari itu semua, harus diingat bahwa sunat memiliki banyak manfaat. Pertimbangan kesehatan seharusnya bisa mengalahkan semua keraguan tersebut," imbuh Zaiem.
Terkait dengan prosedur penyunatan, Zaiem menjelaskan pada dasarnya tindakan sunat pada laki-laki dewasa sama saja dengan sunat pada anak-anak. Meski demikian, pada pelaksanaannya tindakan sunat pada orang dewasa tidak semudah pada anak-anak.
Pasalnya, penis pria dewasa lebih berisiko mengalami pendarahan dan lebih lama sembuh daripada anak-anak. Karakteristik kulup yang hendak dibuang pada anak dan dewasa juga berbeda. Kendala lainnya ialah pria dewasa rutin mengalami ereksi sehingga berisiko menimbulkan rasa nyeri, pendarahan, dan terlepasnya jahitan setelah sunat dilakukan. Karena itulah, sunat pada pria dewasa harus dilakukan oleh tenaga profesional.
Teknik laser Zaiem menjelaskan, ada tiga teknik penyunatan yang umum dilakukan saat ini, yakni teknik konvensional, electric couter atau laser, serta klamp. Bagi laki-laki dewasa, teknik yang dianjurkan ialah laser.
"Pada metode konvensional, kulit penutup kepala penis dipotong sedikit demi sedikit, mulai bagian atas, melingkar ke kanan, hinggaq ke bawah. Lalu berlanjut melingkar ke kiri mengarah ke bawah. Risikonya bisa pendarahan dan luka terbuka.
"Metode klamp, lanjutnya, menggunakan semacam alat penjepit sekali pakai yang terbuat dari plastik. Metode itu sebenarnya praktis, cepat, dan minim pendarahan. Namun, alatnya terbatas untuk ukuran diameter penis di bawah 3,4 cm.
Sementara itu, metode laser dilakukan dengan alat electric cauter yang prinsip kerjanya mirip solder. Alat itu berupa lempeng besi tipis yang harus dipanaskan dengan listrik terlebih dahulu. Setelah panas dan ujungnya merah, alat tersebut digunakan untuk memotong kulit penutup kepala penis.
"Metode laser ini mengatasi kelemahan-kelemahan teknik konvensional. Dengan laser, risiko pendarahan dan infeksi bisa dikurangi."Untuk menetapkan metode sekaligus memantapkan persiapan fisik dan mental, Zaiem menyarankan laki-laki dewasa yang hendak menjalani sunat agar berkonsultasi dengan dokter. (H-1)