Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
PSIKOLOG Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia Ratih Zulhaqqi dan Vera Itabiliana Hadiwidjojo membagikan kriteria-kriteria tayangan televisi yang tepat untuk anak berdasarkan usianya.
"Bisa positif dan negatif (dampak tayangan TV pada anak)," kata Vera, dikutip Rabu (27/8).
Vera mengungkap, tayangan yang tepat memiliki beberapa kriteria, yakni memiliki nilai edukatif dan moral yang positif, sesuai dengan tahap perkembangan anak, dan menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.
"Tayangan untuk anak juga baiknya menampilkan alur yang sederhana, visual yang ramah anak, dan tidak berlebihan dalam konflik atau efek visual," imbuhnya.
Sementara itu, tayangan yang perlu dihindari salah satunya yang mengandung kekerasan, konten seksual, mistis berlebihan, atau perilaku
antisosial.
"Pola asuh atau interaksi salah tanpa ada pelurusan dari orangtua juga perlu dihindari, kemudian iklan konsumtif berlebihan, seperti produk makanan tak sehat atau mainan mahal juga tidak baik," ujar Vera.
Sementara itu, Ratih mengungkap, alur cerita yang terlalu cepat juga tidak baik, sebab berisiko menimbulkan overstimulasi dan kesulitan anak membedakan realitas dengan fantasi.
"Anak itu butuh jeda untuk memproses informasi yang mereka miliki. Jadi jangan menonton yang durasinya terlalu lama sehingga akhirnya
yang dia lakukan hanya perilaku monoton dan menonton," kata Ratih.
Kedua psikolog ini sepakat bahwa peran orangtua sangat penting dalam membentuk kebiasaan menonton anak.
Mereka menyarankan beberapa strategi efektif, pertama, buat aturan waktu menonton yang jelas. Untuk anak usia sekolah, beri waktu 1-2 jam per hari.
"Untuk anak di bawah 2 tahun sebaiknya tidak terpapar TV sama sekali. Anak usia ini butuh stimulasi langsung dari interaksi nyata dua arah, bukan layar satu arah," jelas Vera.
Pilihkan tayangan yang sesuai usia dan nilai. Orangtua dapat memanfaatkan teknologi, yakni fitur parental control atau tonton bersama anak untuk memastikan kontennya aman.
Tentukan waktu khusus untuk menonton dan hindari kebiasaan menonton tanpa jadwal. Lebih baik tayangan dijadikan bagian dari rutinitas harian yang seimbang.
Vera mengungkap bahwa menonton televisi juga bisa menjadi kesempatan bagi orangtua untuk berdiskusi dengan buah hati tercinta. Ajak anak berdiskusi usai menonton.
"Tanyakan pendapat mereka, dan luruskan bila ada konten atau perilaku yang tidak sesuai," kata dia.
Tidak ada yang lebih baik dari contoh di depan mata. Orangtua juga perlu membatasi diri dalam menonton agar dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Ciptakan zona bebas layar, seperti saat makan, sebelum tidur, atau ketika berkumpul keluarga. Ini membantu menciptakan iklim interaksi langsung yang sehat.
Tidak semua anak boleh langsung dikenalkan pada televisi. Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO dan asosiasi dokter anak dunia menyarankan agar anak usia 0-2 tahun tidak terpapar layar sama sekali.
"Kecuali untuk video call dengan keluarga atau interaksi sosial langsung, sebaiknya nol screen time (waktu layar)." kata Ratih.
Berikut panduan umum berdasarkan usia:
"Hal yang paling penting bukan hanya apa yang ditonton, tapi juga bagaimana anak menontonnya dan siapa yang mendampingi." pungkas Ratih. (Ant/Z-1)
Tayangan televisi edukatif yang sesuai dengan usia anak serta didampingi orangtua dapat memperluas kosakata, menambah pengetahuan, hingga mengenalkan nilai moral serta sosial.
Rencana, program anak kedua Denny dan istrinya akan dilakukan di rumah sakit yang sama tempat istrinya melahirkan anak pertamanya.
Praktik hipnoterapi yang diimplementasikan secara tepat dapat menyembuhkan trauma yang disebabkan oleh perundungan dan meningkatkan prestasi anak di sekolah.
UPAYA memperkuat perlindungan perempuan dan anak dari ancaman tindak kekerasan melalui pengintegrasian sistem antarlembaga terkait harus mendapat dukungan semua pihak.
Pada usia 5 tahun, koneksi yang dibentuk oleh pengalaman sehari-hari dalam bermain, eksplorasi, belajar, akan secara harfiah membangun arsitektur otak mereka.
Usia ideal untuk memulai pendidikan SD bervariasi bagi setiap anak, bergantung pada kesiapan kognitif, perilaku, dan psikososial mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved