Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Jabar jadi Provinsi Tertinggi DBD Se-Indonesia, Kota Bandung Masuk Tertinggi Nasional

Indriyani Astuti
25/8/2025 11:44
Jabar jadi Provinsi Tertinggi DBD Se-Indonesia, Kota Bandung Masuk Tertinggi Nasional
Ilustrasi.(Dok.MI)

DATA Kementerian Kesehatan mencatat, sampai dengan minggu ke-25 tahun 2025 (Juni 2025), Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia, yaitu 17.281 kasus. Angka kematian akibat dengue di Jawa Barat juga menempati urutan kedua tertinggi secara nasional, dengan 61 kematian.  Data yang sama menempatkan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung sebagai daerah dengan kasus DBD tertinggi nasional kedua dan ketiga, yaitu sebanyak 1.475 dan 1.465 kasus.  

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung dr. Sony Adam menyampaikan kasus DBD di Kota Bandung masih menjadi tantangan besar. Angka yang tercatat hingga pertengahan tahun ini, ujar dia, menunjukkan bahwa penyakit ini tetap menjadi ancaman nyata bagi keluarga dan komunitas. Ia menyampaikan bahwa Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai langkah, mulai dari edukasi masyarakat, peningkatan surveilans, pemberantasan sarang nyamuk, hingga mendorong pemanfaatan pencegahan yang inovatif seperti vaksinasi. Namun,  sambung dia, upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat.

" Karena itu, kami mengajak setiap keluarga untuk lebih waspada dan aktif melakukan pencegahan di rumah masing-masing. Jika pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat berjalan bersama, kita dapat menekan kasus DBD dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat di Jawa Barat," ujarnya dalam sesi talkshow di sela perayaan HUT ke-104 RS Borromeus, kemarin.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Stephanie Yuliana Usman, SpPD mengatakan banyak masyarakat masih beranggapan DBD hanya muncul di musim hujan, padahal infeksi virus ini ada sepanjang tahun. Ia mengatakan saat musim hujan angka kasus DBD cenderung naik. Hingga kini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan DBD. Adapun terapi yang diberikan dokter, ujar dia, hanya bertujuan meredakan gejala seperti demam atau nyeri, bukan membunuh virusnya

"Inilah alasan pencegahan menjadi langkah yang paling utama. Pencegahan ini semakin penting bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti obesitas, penyakit ginjal, diabetes melitus, hipertensi, maupun gangguan pernapasan, karena kondisi tersebut dapat memperburuk infeksi dengue," ucap dia. 

Dengue, terangnya, membawa risiko yang jauh lebih besar bila dialami pasien dengan komorbid. Sementara itu, dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A, Dokter Spesialis Anak, menekankan bahaya dengue pada anak-anak. “Dengue juga menjadi ancaman besar bagi anak-anak  dengan risiko kematian yang lebih tinggi daripada kelompok usia lain, yaitu sekitar 45 persen terjadi pada usia 5-14 tahun. Ia juga menjelaskan bahwa virus dengue terdiri atas empat serotipe, seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali. 

"Bahkan kasus infeksi tanpa gejala, biasanya terjadi pada orang dewasa, tetap bisa menyebarkan virus melalui nyamuk yang kemudian menggigit anggota keluarga lain. Inilah alasan pencegahan harus dimulai dari keluarga sendiri, melibatkan Gerakan 3M Plus secara konsisten dan kalau sekarang sudah ada vaksinasi dengue yang juga bisa menjadi pertimbangan, sebagai langkah tambahan," ucapnya.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menuturkan untuk dapat memerangi DBD, semua unsur di masyarakat harus bergerak sekarang dengan melakukan 3 hal yakni meningkatkan kesadaran dan edukasi, menjaga kebersihan lingkungan dengan 3M Plus, serta mempertimbangkan pencegahan yang inovatif. (H-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya